Senin, 17 Desember 2012

Yang tak lagi serupa

Sama kita dibawah langit satu, yang tampak hanya sedepa
Awan-awan mungil menghias member banyak bayang-bayang
Saat ku lihat bukit dan jalan-jalan,
Aku sadar tak lagi serupa
Aku yang jauh, aku yang telah hilang asa atas mu,
Mencoba menyertai sisa kasih pada pesona angan-anganku, sendiri disini
Bekas retakan mimpi-mimpi
Mengarungi negeri belantara bertahta bumi

Sering senja kembali melirik di balik sore indah
Malam pula terkadang membawa wajah-wajah tentang mu hadir,
Mempesona
Menari
Memanja tawa (seperti biasa)
Tapi semua tak lagi sama
Kepada resah aku selalu bercerita
Kepada resah aku selalu eluhkan
Segala yang mulai aku pendam
Yang semua tak lagi serupa

Kamis, 06 Desember 2012

Kesendirianku

Kepada dekap belantara dunia aku menamu
Meraih semua anganku
Sampai lepas segala mau
Namun belum cukup!
Aku ingin punya arti
Dan masih belum cukup!
Aku mau sampai mati,
Sampai datang menyusul cinta ke ujung dunia

Aku pijaki jalan-jalan malam
Telah jauh ternyata membawa
Yang aku melihat terik mempesiang kulitku
Kemudian kesunyian melengkapi
Dan aku terjebak,
Aku hilang atas sejuk nurani, jiwa

Disana rindu mendalam menanti
Dibalik bukit dan jalan yang lama ku lintasi
Sepiring nasi dan secangkir susu aku rasa cukup
Untuk mengobati luka-luka atas langkah, kesunyian

Rabu, 15 Agustus 2012

Malam Fitrah

Aku melihat malam sepi
Saat yang ada hanya gelap
Aku melihat malam sunyi

Diambang khayal dan cita
Aku melintas di garis-garis yang tak ku kenal
Malam-malam dalam mimpi kecilku

Di malam dingin kepadaku
Dalam penuh renung panjang,
Dengan kegaduhan hati yang berkecemuk
Tiba lah sang Fitrah memeluk
Dekap cahaya yang tenang
Putih

Di malam sunyi penuh sepi
Aku dapati sesuatu tentang arti

Rabu, 25 Juli 2012

Hati yang tersesat

Aku menangis dalam lelapku
Sendu-sendu yang tak kuasa aku pestakan karena sayangku
Namun seakan lelah memecah
Seakan letih menjerit diri
Tak tertahan


Aku pun teriak dalam siksa batin,
Aku memohon akan imanku,
Aku menepi atas terik
Dan aku menggigil oleh dinginnya malam
Sadarku ini berlari oleh langkahku
Aats apa yang aku debatkan egoku,
Terbang
Bebas
Lepas
Namun ia tak seelok pesona angan
Tak seringan kapas-kapas suci menari dalam udara
Dan kini aku hilang arah
Hendak asa hilang bersama tunggangan durjana setan
Tuhan ikat aku!

Sabtu, 07 Juli 2012

Dia (cintaku)

Dia
Mata yang selalu bicara kepadaku
Senyum penghangat dinginnnya malam
Dia kencana cinta pembawa asa
Pemberi hidup pada mati kisah yang t’lah lama

Akulah senja
Yang butuhkannya sebagai rona
Akulah gema langit yang terus memanggil namanya

Dia
Berjuta indah,
Aku mencinta dan berkasih kepadanya
Aku menangis dan luka tanpanya yang mengiringi

Dialah segala syukur dan suka cita
Dialah yang kan ku jaga kehormatan atasnya
Dialah yang tulus ku sayang,
Ku jaga dan genggam erat tanganya
Dialah Resah Cintaku

Ruang Kerinduan

Ruang waktu tak pernah berhenti
Bagai angin ia susuri tiap hempas cakrawala jaya
Memandang tajam aku kedepan impian
Menusuk biduk-biduk alam
Segala sisi lekuk bikuk aku injak
Namun seakan waktu tak berdegup disini
Ruang sepi
Rindu dan rindu menjadi lagu

Saat mata menarik bayang-bayang akan mu
Tiba lah sang haru melambai lembut
Kenyamanan itu pun kembali ingin ku hadiri
Disini, di malam ini, di tempat ini
Tapi jauh kau disana
Dibalik punggung kerinduan

Hujan

Aku suka pada hujan yang membasahi
Mereka bawa semua pedih dan duka
Aku suka pada hujan yang membasahi
Karena tangis takkan lagi terdengar

Hujan bawa segala tenang
Hingga hancur ini takkan lagi menjadi lagu
Yang sedak di dada kan menghilang tiada

Aku suka pada hujan yang membasahi
Yang tiap hela nafas kembali menjadi syukur,
Dan menulis langit tanpa tinta
Aku suka pada hujan yang membasahi
Yang cerita cinta hanya tinggal album jingga (kenangan kita)
Dibakar oleh negeri bernama Kecewa

Aku suka pada hujan yang membasahi diriku