Rabu, 25 Agustus 2021

Melukis Ada-Mu

Pada kanvas yang naif dan kosong
Kupinjam tangan ini untuk menggenggam kuas-kuas suci
Hendak kulukis jasad-Mu dengan niat atau hasrat
Sebab rinduku terus mencari cahaya hakiki

Pada kanvas yang diam dan menunggu
Kupinjam ruang ini untuk merenung diri
Akan kutarik getar-Mu melalui makna atau imajinasi
Sebab hatiku terus mencari zat abadi

Siang diatas kepala-Mu
Malam dibawah kaki-Mu
Kanvas ini begitu kecil tak berwarna
Berilah aku sedikit Hijau yang teduh
Atau Biru yang raya tuk menghiasinya

Pada kanvas yang takkan kemana-mana
Kurendahkan diriku tuk mulai menjamahnya

Pada kanvas-Mu yang menjadi takdirku
Hadirlah dalam setiap sentuh
Wujudlah di sela-sela gradasi

Selasa, 17 Agustus 2021

Segelas Kopi dan Kemerdekaanku

Sesungguhnya aku tak ingin menikmati kopi ini
Tapi aku butuh sekali aromanya
Barusan pagi begitu cerah kulihat
Sinarnya disayup-sayup kicau kenari dari jauh membuat matamu langsung melayang-layang dihatiku

Sesungguhnya aroma kopi ini juga hanya cukup mengalihkanku dari senyummu yang sebentar lagi akan mencengkram jantungku
Kau begitu tinggal, sayang
Kau pernah menjadikanku rumah bagimu
Dan selamanya, inilah rumah itu

Sesungguhnya aku bukanlah mulut yang diharapkan kopi panas ini
Lidahku pernah mengingkarimu
Rayuku pernah memberikan manis yang akhirnya justru menyakitimu
Aku terlalu cela bagi kopi ini

Sesungguhnya pagi ini pun akan menjadi siang, lalu sore dan malam melanjutkan
Tapi aku tetap harus mensiasati seranganmu yang selalu hadir dalam sela tanda-tanda alam
Aku dan kopi yang tak saling menginginkan ini pada akhirnya harus tunduk pada waktu, pada keadaan, pada fakta
Fakta bahwa kau tak lagi disini
Dan pergimu selalu jadi hukuman tak berkesudahan

Rabu, 04 Agustus 2021

Sajak Kelima

Kukejar sibuk, riuh
Tapi justru sepi yang menghampiri, membawamu turut
Aku fikir sepi hanya pengalih
Nyatanya sibukku adalah wujudmu

Aku berlari menjauh, semakin jauh
Tapi justru kau kian mendekat
Aku fikir dekatmu adalah semu
Nyatanya jauhkulah cintamu

Aku akan tabah pada siksa ini
Sebab siksa ini adalah dirimu dan aku ingin tinggal lebih lama
Aku ingin menjadi tubuh bagi kenikmatan ini

Ijinkan aku menyatu denganmu, kasih
Hanya benang ini yang tesisa sebab kau enggan meniti kembali
Lalu ijinkan aku merinduimu melalui malam, melalui jalanan atau lagu-lagu
Melalui dingin, melalui bukit atau melalui gerimis yang sangat kau sukai itu
Ijinkan aku mencarimu melalui zat-zat alam yang pernah kau sentuh
Biarkan aku meraba jejakmu yang tanpa aku

Ini sajak kelima setelah sidangmu kau tutup
Sajak yang sesungguhnya takkan pernah mampu menerjemahkan inti rasa
Yang takkan mampu menyembuhi luka-lukamu

Aku pun menulisnya hanya karena rindu;
Tidur di kedip matamu,
Peluk dalam dekap hangatmu,
Mandi di sejuk suaramu

Sayangku, tetaplah tinggal dalam ingatanku

Jakarta, Agustus 2021