Sabtu, 31 Januari 2015

Pendosa

Keangkuhan terik takkan mampu memanggangku
Aku dicipta dari pati tanah
Tanah yang paling keras dibumi nusantara
Hayuh liat seberapa kerasnya jasadku!
Ambil peluru. Mana peluru? Tembaki aku!
Badai pun kecut menghadapku
Karena aku dicipta dari pati tanah
Tanah paling panas dinegeri pertiwi
Api-api dijemariku cukup untuk membuatmu menjadi arang-arang bertebaran

Aku ingin liar menjadi satwa
Aku bebas melebihi angin menusuk
Tapi apa yang kucari jika aku dicipta tanpa jiwa?
Bila  rongga dada ini kosong tak berisi, untuk apa?
Juga waktu lebih tangguh dariku
Toh dingin akan mempeusang diriku

Aku dicipta dari pati tanah paling keras lagi panas
Hidup untuk menjemput hampa dunia
Hidup untuk biak setan dalam dir

Hamba dicipta untuk berdosa?

Selasa, 13 Januari 2015

Dalam Kekelaman

Entah apa yang aku cintai dari kesenyapan ini teman
Bahkan kita tak perlu bicara. Jangan!
Kata hanya akan merusak heningnya
Meski entah apa indahnya irama ini, tapi itulah teman kita sekarang
Pekat bau lumut sudah cukup menjawab seberapa usangnya keresahanku

Tak banyak yang kita lihat kecuali bayang unggun menari-nari
Yang entah siang entah malam diluar
Biar sajalah! Aku mulai tak peduli apakah senja masih ada
Karena rayunya takkan mampu masuk kesini
Biar aku bercinta dengan ketenangan ini teman
Kau tau sendiri bagaimana aku bertahan lalu mati, lalu hidup lagi untuk terus mati

Entah apa yang aku cintai dari ruang hampa yang gelap ini
Padahal langit memiliki terang, padahal langit memiliki keindahan
Entah apa yang membawaku kesini, kepeluk gelap aku pergi
Entahlah!

Temanku, berjanjilah untuk tidak pernah mengatakannya:
Bahwa sebenarnya senja hadir disini sejauh ini
Bahwa ternyata ia juga ada pada diam, bahwa ia hadir pada kelam, bahwa ia bersama dingin menggigit

Bahwa akulah sang pendusta!