Kamis, 03 Desember 2020

Jatuh

Tak henti-henti
November begitu basah
Desember ini juga sama
Diluar dingin mengundang rindu
Didalam yang rapuh menjamu resah

Tak henti-henti
Segala tanya terus mengusik
Aku diam siapa pemilik?

Akalku mandek
Hatiku pilek

Barangkali Tuhan sudah capek
Bermacam isyarat tiada ku amin
Entah aku yang begitu kaku, atau begok ini memang terlanjur membatu

Sesekali aroma hujan membawa senyumnya masuk
Selekas mungkin aku menampik

Seorang teman pernah menggoda, katanya, setiap hidup pasti akan merasai jatuh terpuruk

Oh, aku tau rasanya.

Barangkali aku harus berdamai, harus kuamini:
Entah itu november dan hujannya
Entah itu hidup yang sepedih ini

Minggu, 06 September 2020

Aku Fikir Aku Belum Mencintai Seluruhmu

Aku fikir aku belum mencintai seluruhmu, mik
Aku mencintai matamu, jari-jemarimu, senyummu, suaramu, fikiranmu, cara kau berjalan, kau tertawa, kemanjaanmu, bawelmu, cara kau khawatir padaku
Aku mencintai tubuhmu, jiwa-ragamu
Aku mencintai kita, kau dan aku

Aku masih mencintai adamu, mik
Tapi aku belum mampu mencintai hilangmu, pergimu, sedihmu, kecewamu, cara kau menjauh, cara kau menghukumku dan diammu itu
Aku tak mampu mencintai ketiadaanmu

Aku fikir aku belum mencintai seluruhmu, kekasih
Lantas, bagaimana nasibku?

Selasa, 18 Agustus 2020

Teka Teki Ketetapan Ilahi

Kepada pemilik Matahari dan Bulan:

Tuhan-ku
Engkaulah keagungan itu.

Kepada engkau sang maha kasih, maha mengetahui apa-apa, kebijaksanaan dan kuasa-Mu tiada kira

Tuhan
Sungguh ketetapan-Mu adalah yang paling baik
Tapi kenapa hamba masih sesedih ini?
Dan kenapa pula hamba harus bersedih?

Ya Rabb-Ku
Hamba berserah atas hati dan diri hamba
Atas apa yang hamba suka dan tidak hamba suka
Atas seluruh isyarat-Mu yang tak mampu hamba pahami

Kepada engkau sang pemilik hamba
Ijinkan hamba menangis 1 kali malam ini

Minggu, 05 Juli 2020

Pesan Bapak

Bapakku berkaca:
Oh rambutku udah ada ubannya
Oh mataku udah sipit
Oh pipiku udah peyot
Oh kupingku udah mulai lemah
Oh, aku, udah, tua

Bapakku melihat lagi jauh ke kaca lemari itu
Lemari yang sudah lapuk
Lemari yang puluhan tahun menyimpan isi hatinya, menyimpan kebenaran
Dia tersenyum kecil: kecewa, menyesal

Ah ternyata surga itu tak ada
Ah ternyata neraka itulah diriku, perbuatanku, fikiranku

Bapakku lantas beranjak dari kacanya, mencariku
Bapakku mencari di belakang rumah, dekat selokan tempatku bermain dulu
Dekat pohon jambu kelutuk
Dekat kebun sawit milik perusahaan malaysia
Bapak mencariku kemana-mana
Bapak tak menemukan anak kecilnya

Ih aku lupa
Ih aku malu
Ih ih ih, bapak menangis

Nak, jangan kemana-mana, jangan mencari-cari
Karena tak ada mana-mana itu!
Karena tak ada cari-cari itu!
Jadilah orang baik, baik sebagaimana baik yang kau pahami

Senin, 06 April 2020

Ikutlah Bersamaku

Kasih, aku takkan mengajakmu berlari mengejar syahwat duniawi ini
Kemewahan akan melalaikanmu, melalaikanku
Kepopuleran akan melelahkanmu, melelahkanku
Bahkan berharap apapun didunia ini akan melukaimu, melukaiku

Kasih, aku takkan mengajakmu mengarungi dunia ini mencari bahagia, kau harus tahu itu
Kuharap kau percaya padaku
Kuharap kau sudi tetap menggenggam erat tanganku
Memeluk letihku
Menerima ketelanjanganku

Kasih, aku takkan mengajakmu mengarungi dunia ini untuk mencari apa-apa
Sebab bahagia kitalah yang cipta
Juga makna, makna ada bagi hati yang lapang

Kasih, pelik benar hidup di dunia ini, semua kegemerlapan dan keindahan ini akan semu pada akhirnya
Kita kan tertipu, selalu seperti itu
Dulu aku-kau suka sekali ini-itu
Tapi perlahan rasa suka itu terus meminta lebih, malah hambar, malah pudar

Pernah juga aku berfikir 'tuk membawamu mencari kedamaian abadi
Namun dunia ini terlalu riuh, terlalu tipu, takkan ada kedamaian abadi disini, sayang
Damai hanya akan ada bagi dirimu sendiri, bagi diriku sendiri

Percayakah kau sekali lagi padaku?
Sudikah kau sekali lagi mengiringiku, kasih?
Aku ingin mengajakmu mencari 'Arsy Ilahi itu
Kufikir disana lah tempatnya

Surian, 6 April 2020

Selasa, 31 Maret 2020

Ada Semesta di Kepalaku: Tentang Kebodohan

Terkadang hasrat ingin menyakiti, menghancurkan orang lain atas kebodohannya, muncul menguasai benakku

Mereka orang-orang disekeitarku! Mereka harus hancur!

Aku tak henti-hentinya melihat dengan mata dan hatiku betapa manusai-manusia disekelilingku begitu menyedihkannya
Oh tidak! Nyaris dari seluruh mereka manusia ini
Mereka berjanji, mereka mengingkarinya
Mereka memohon, mereka mengkhiantainya
Mereka menangis, mereka menertawai diri mereka sendiri
Berkali-kali mereka lalim kepada diri mereka sendiri

Hasrat ini semakin hari semakin menyesak di dadaku
Tapi pada akhir renungan, lagi-lagi yang kupilih untuk kuhancurkan adalah justru diriku sendiri
Bukan mereka!

Mereka makhluk tak berdaya
Bahkan mereka bodoh, mereka tak mengetahuinya
Semesta-semesta di kepala mereka lenyap ditelan dunia
Di telan kekayaan-kemiskinan
Di telan kepintaran-kenaifan
Di telan kelapangan-kesempitan
Di telan kemolekan-keburukan

Makin aku hidup, makin aku ingin mengakhiri kehidupan ini
Makin aku menikmati duniawiku, makin kering tenggorokanku rasanya
Makin aku berfikir, aku pun makin ingin menghancurkan diriku sendiri

Tuanku Yang Maha Agung,
Kepada kuasa yang ku akui maha besarnya, yang menguasaiku dan seluruh apa yang tampak dan tak tampakku, dengan segenap kerendahan diri dan berlaksa mohon ku sujudkan kepalaku serendah-rendahnya menghadap-Mu:
Ampuni kami.

Sabtu, 15 Februari 2020

Aku Ingin Mengaku Malam Ini

Mencintaimu adalah sesuatu yang tak kupahami
Ia datang begitu saja
Tanpa sebab
Tanpa alasan

Kau adalah gadis paling biasa yang pernah kutemui
Kau jujur
Kau tulus
Kau apa adanya

Bersamamu adalah sesuatu yang akan selalu aku jaga
Kuhargai
Kuhormati
Kusenangi

Sayang, aku ingin mengaku padamu malam ini
Tapi ini bukan tentang rasa yang kualami
Bukan tentang janji yang 'kan kuamini
Ini adalah sesuatu yang paling benar
Sesuatu yang paling luhur dan kusadari
Kau harus tau itu

Sayangku, kepadamu kuingin pulang