Jumat, 29 April 2016

Aku dan pagi miliknya

Ketika pagi datang, kegilaan entah apa namanya mendegup kencang sekali
Rindu pun berdesakan ingin pecah
Ingin keluar dari hatiku, dari sukmaku
Seperti secangkir kopi panas ditengah sawah, saat hujan menelan siang para petani
Ingin dikecup walau lidah ada resah

Lalu kutarik nafasku dalam dalam
Perlahan sekali ku henyuhkan, berharap sedikit lapang.
Biar ada istirahat barang sebentarlah rindu ini, ku fikir
Tapi tetap saja senyum centil si tupai itu merebut akalku
Lagi.
Dalam diam doa, aku pasrahkan rindu ini padanya
Seperti biasa