Kamis, 04 April 2024

Terimalah Sujudku

Eunoiaku, maafkan aku
Aku belum mampu menjadi imam dan guru yang baik bagimu
Aku tak cukup baik untuk menjadi supir menuju syurga hakiki itu

Maghrib yang khitmad ini, diatas loteng dengan semilir angin senja penuh sendu, bersebar walet-walet mencari makan; ramadhan akhirnya datang ke hatiku
Cahya Illahi menyentuh kalbu

Eunoia kekasihku
Perlahan gelap melingkupi dunia singgah kita
Hadirmu adalah syukurku tak terkira
Allah begitu menyayangiku, si makhluk berlumur lumpur kegelapan ini
Semoga aku selalu diberi jalan untuk kembali pada-Nya, begitupun kau

Walet-walet telah pulang ke sarang
Serangga-serangga mulai bersorak dari balik reremputan
Namun lamunku tetap tinggal pada dosa-dosa yang aku torehkan pada kanvas kehidupan

Bintang gemintang mulai terbit berkdip-kedip
Dingin yang menghampiri tak mampu mengalahkan hangatnya kasihmu
Namun aku masih dalam resah bersalah yang menggunung dipundakku
Akankah aku tetap dipercayakan untuk menjagamu?
Akankah aku masih pantas membersamaimu bidadari syurga-Nya?

Eunoia kekasihku, maafkan aku
Izinkan aku mensucikan lagi cinta ini
Izinkan aku untuk terus memperbaiki luhur niatku
Karena kepada-Nya lah kita kan diminta pertanggung jawaban


Lubuk Pakam, 24 Ramadhan 1445 H

Kamis, 07 Maret 2024

Sabda Iblis

Kalian takkan pernah memilikiku
Jikapun kalian dapat menyentuhku, itu karena kerendahan hatiku meminjamkannya padamu
Kalian takkan pernah menundukkanku
Jikapun lembut sikapku, itu karena keibaanku pada lemah dirimu
Kalian takkan pernah memutar arahku
Jikapun kalian dapat perhatianku, itu karena kebodohanmu mengganggu
Kalian takkan pernah memerintahkanku
Jikapun aku mengikutimu, itu karena aku ingin menyaksikan kejatuhanmu

Aku muak!
Keangkuhan kalian membuatku murka
Kalian memaksaku memuntahkan makian
Membuatkan ingin menyakiti
Menghancurkan
Melenyapkan

Ketahuilah, manusia!
Aku hanya hidup dalam altar kedamaianku
Aku hanya peduli atas hasrat dan keinginanku
Aku takkan hidup untuk hidupmu
Aku takkan peduli atas apa yang kalian pedulikan
Selamanya begitu, dengan atau tanpa adamu

Sabda iblis yang terbelenggu di dalam tubuh
Sabda iblis yang memaksa bangkit mengambil alih
Sabda iblis yang menyiksa akal
Sabda iblis yang telah merajai ruang-ruang kesunyian
Sabda iblis dari palung kegelapan

Iblis ini bernama: Aku

Jumat, 09 Februari 2024

Bahkan Engkau, Sayang

Pada akhirnya segala sepi ini pun tak mampu kubagi padamu
Pada saatnya ironi ini pun sampai juga padaku
Takut yang aku khawatirkan
Khawatir yang kuenggani

Tak ada satu pun bahkan engkau mampu melihat isi
Kalian hanya mengcemaskan kulit-kulit semu:
Disibukkan oleh pengalih-pengalih yang hanya akan membasahi dahaga nafsu, yang kan menjebak agar tetap hidup dalam mimpi tak berujung
Hal remeh temeh yang kelak akan menjadi abu ditaman, termakan waktu, lalu lenyap pula ketika kita akhiri hidup yang fana ini
Tak satupun selain aku yang mengerti betapa rasa dan makna lebih esensi
Bahkan engkau

Sesal tak akan menyerangku malam ini
Aku telah mengetahui betapa luka ini akan datang untuk kutelan atau justru menelanku pada waktunya
Duka ini tak mengejutkanku
Keibaan akan sejati menemani mereka yang telah lama kehilangan jiwa, pun aku

Pada akhirnya aku tetap sendiri, tak mampu kubagi resah ini
Indahmu akan tergores, kan mengaburkan senyum ayumu
Senyum yang sangat aku cintai

Tak satupun selain aku yang menjagamu layaknya aku
Tak satupun selain aku yang menikahimu layaknya aku
Tak satupun selain aku yang akan terus menelanjangimu layaknya aku
Hanya kepadamu aku menjaga
Hanya kepadamu aku menikah
Hanya untukmu aku telanjang
Tak satupun bahkan kau yang mampu melihat bungkus-bungkus palsu ini


Lubuk Pakam, 9 Februari 2024

Senin, 11 Desember 2023

Lelaki dan lamunan

Malam tiba-tiba terbahak tawa mencibirku
Sedang Gusti Allah masih dalam senyum-Nya yang penuh kasih memandang si bodoh nan lalai ini
Sunyi tak mau kalah menambahi: Adakah yang lebih setia dari aku? Adakah yang lebih fana dari duniamu?
Tanpa kusadari belasan serangga bermain berputar-putar mengintari lamunan

Aku hanya bisa tersenyum malu

Aku tau, setidaknya pernah ada di yakinku:
Segala yang terlihat, semua yang terasa hanya sesaat sementara
Hidup bukan bagaimana berharap ini dan itu
Hidup hanya perenungan panjang di ruang tunggu
Berusaha mengurai menguliti makna sejati

Sama seperti suka, duka pun akan berlalu
Sama serupa cinta, hampa pun akan tiba

Kepada Gusti Allah yang terus bersamaku:
Jangan biarkan lagi aku lalu pada kesemuan rasa dan logika
Kepada malam yang terlanjur bahagia, telan aku dalam dinginmu


Lubuk Pakam, 11 Desember 2023

Sabtu, 18 November 2023

Akan selalu (dan akan terus begitu)

Sajak cinta ini aku abadikan untuk dia yang paling terkasih: Nur Maysaroh Siregar, tunanganku

Akan selalu
Aku mencintai apa yang ada, apa yang terjadi pada dirimu: raga ataupun jiwa (dan akan terus begitu)
Aku pun telah bersumpah pada diriku sendiri
Bahwa aku akan selalu
Mensiasati segala hal yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi diantara kita (dan akan terus begitu)
Aku akan selalu
Menemukan cara kembali pada dekap-pelukmu (dan akan terus begitu)
Aku akan selalu
Menjaga cintaku padamu sayang, hingga hingar bingar hidup ini mulai monokrom di cakrawala usia kita (dan akan terus begitu)

Percayalah kasih, hanya padamu tubuh ini kan merebah
Hanya padamu resah-gelisah ini kan mencari peluk
Hanya padamu gairah hidupku menemukan nyawa dan makna
Karena cahayamu terlalu binar untukku berpaling
Karena indahmu telalu anggun untukku melirik
Karena cintamu sangat tulus untuk aku sia-siakan
Ijinkan aku mengecup hidupmu selamanya
Bolehkan aku tinggal disisimu pada setiap kehidupan


Binjai, 18 November 2023

Kamis, 26 Oktober 2023

Mengadu II

Ya Rabb
Terasa iba sekali hidupku
Ilmuku seakan tak memiliki tujuan
Hargaku seolah tak laku di pasaran
Pengalamanku serasa tak membantu apa-apa
Segala hikmah terus aku pertanyakan dikepala dan sukmaku
Aku mengadu jawab pada-Mu

Ya Illahi Rabbi
Aku tak tentu kemana dan apa yang harus kulakukan
Aku melihat dalam ruang kosong
Cahaya pada ruang luas ini begitu redup
Hanya takut dan resahku bercucuran mencari jalan

Ya Tuhan-ku yang sungguh Agung
Mampukah aku bertahan lebih lama?
Adakah makna yang menantiku di seberang lautan?
Masihkah Engkau menanti sampaiku?

Atas sabar dan semangat yang tak lagi melingkupiku,
Atas resah yang lebih menguasai,
Atas sujud yang lahir dari rahim ketakberdayaanku,
Kepada Kuasa-Mu yang merajai dan menggenggam:
Jatuhkan aku pada tanda-isyarat-Mu

Ya Rabb, aku rindu 'pulang'

Minggu, 17 September 2023

Berulangnya Tragedi

Dan sampailah cerita cinta ini pada tragedi
Pada ironi yang sama

Hujan tak mampu lagi membuatku basah dan dingin
Luka tak mampu lagi membuatku merasakan sakit
Tapi sikap dan perasaan mereka mampu membuatku jatuh sedalam ini

Misteri kehidupan benar-benar sulit aku siasati
Sedang cinta yang datang sebagai keluhuran menikam urat nadi jantungku
Perih, perih sekali

Malam ini aku kembali dalam renung yang panjang
Membawaku terbang pada masa-masa pelik
Kenangan-kenangan memilukan

Dan sampailah cerita cinta ini pada tragedi
Pada ironi yang sama

Mengapa?
Mengapa sesulit ini bahagia?
Mengapa sesukar ini cerita cinta aku genapi?

Sunyi tak mampu lagi membuatku tunduk
Gundah tak mampu lagi membuatku merasa takut
Tapi tragedi ini, ironi ini, benar-benar menelantarkanku pada kesedihan

Aku muak!

Muak sekali!

Medan, 17 September 2023
Atas nama cinta, aku tak tau lagi kemana mengadu

Jumat, 01 September 2023

Pagi Diantara Dua Sujudku

Aku mencari-cari petunjuk dari tebaran bintang yang Engkau cipta
Padahal asma-Mu mengalir di setiap sel darahku
Aku memohon-mohon isyarat atas keresahan yang bersarang
Padahal cahya-Mu sepanjang waktu menyinari sela-sela nafasku

Aku masih dalam keraguan serupa
Aku masih dalam kegelisahan yang sama
Aku bersujud pada-Mu
Aku berserah pada-Mu
Namun badanku berkata gerak yang tak sejiwa

Entah kerinduanku pada ibu yang teramat
Atau rindunya-lah yang telah menembus langit-Mu
Entah ketakutanku yang begitu besar
Atau cintanya yang tak pernah memandang keseluruhanku

Tuhan, pada sujud yang masih bertaut dengan materi dan dunia ini;
Aku memohon kekuatan rasa
Aku meminta kepekaan membaca tanda-tanda-Mu

Tuhan, pada sujudku yang tak akan pernah menipumu;
Sucikan niatku
Kuatkan tekadku

Tuhan, 
Untuk setiap doa yang telah Engkau ketahui
Untuk setiap takut yang Engkau kehendaki
Peluk aku atas segala awam ini

Aku ingin Pulang.

Cibubur, 1 September 2023

Sabtu, 26 Agustus 2023

Jatuh Cinta

Aku ingin
Aku ingin mencintaimu dengan benar dan bijaksana
Aku ingin
Aku ingin membersamaimu dengan zahir dan batin
Aku rasa
Aku merasaimu dalam ada dan ketetiadaan
Ijinkan aku masuk ke kamarmu melalui celah-celah kerinduan
Ijinkan aku menciummu melalui hormat dan kesyukuran

Kepada Eunoiaku,
Cibubur, 26 Agustus 2023

Kamis, 17 Agustus 2023

Tuhan, peluk aku

Kadang aku merasa sekesepian ini
Sedang Engkau setiap saat berusaha hadir
Sering aku merasa seresah ini
Sedang Engkau berusaha memelukku
Aku malu, Tuhan
Aku masih seingkar ini

Dalam sujudku pun aku masih memikirkan hidup
Sedang Engkau yang memberikan dan mengaturnya sekuasa-Mu
Aku mencari-cari makna dan alasan setiap yang terjadi
Padahal Engkau sang pemilik hikmah

Tuhan, hidup ini begitu melelahkanku menyiasatinya
Kerinduanku pada ketetiadaan telah di titik hujung
Aku ingin mengakhirinya atas kehendakku
Namun aku malu, aku gengsi pada-Mu

Di malam yang hanya ada aku dan semilir angin jatuh dari dinding gedung, aku ingin menangis sejadi-jadinya
Aku ingin tidur sehilang-hilangnya
Aku ingin lenyap sesenyap-senyapnya
Aku ingin menyerah

Nafas yang Engkau gratiskan padaku
Ilmu yang Engkau tiupkan padaku
Tak cukup untuk aku mengatasi masalah yang datang
Tak cukup untuk aku merasakan ada-Mu

Tuhanku, maafkan aku
Cinta-Mu tak mampu menggenapi keras hati
Cintaku tak mampu sebijak dan seluas dzat-Mu
Izinkan aku malam ini menangis dalam pangku-Mu

Selasa, 18 Juli 2023

Problema Insomnia III: Iblis Yang Sama

Aku percaya
Tak ada satupun dari kita terlahir istimewa
Tapi apa yang membuat kita berbeda?

6 tahun yang lalu aku di fase ini
Cemas
Takut
Ragu
Dan aku memilih menyerah

Tahun-tahun berikutnya kulalui dengan sesal
Bersalah
Kecewa
Sulit sekali untuk bangkit

Lebih 50 meter gang sempit ibukota tadi kulewati dengan renung serupa
Bagaimana jika aku gagal kali ini?
Akankah masih ada peluk yang sama bagiku?
Masihkah ada senyum jujur darimu?
Haruskah aku bertahan sedikit lebih lama?

Generasi baru terus lahir
Menangis
Teriak
Riuh
Generasi lama jengah
Resah
Seolah hidup tak pernah ada ujungnya

Lucu
Lucu sekali
Ini kepala yang sama sejak kapan tau
Kepala yang menelurkan solusi untuk keluar dari masalah-masalah
Tapi juga iblis yang gemar menyiksa rasa

Jumat, 14 Juli 2023

Problema Insomnia II

Apa makna dari sunyi ini?

Apa arti dari diam ketika malam telah mengambil hari?

Aku memutuskan untuk tak pernah menghabiskan sebatang rokokku

Nikmat candu semu itu hanya sesaat sementara

Sedang kesepian terlalu mahal untuk dibunuh


Manakah lebih dekat, kekasih mu, ibumu atau renunganmu?

Kau selalu harus berani menghadapi hari didepanmu

Mengepalkan tangan melewati resiko dan kemungkinan yang tak mampu kau jangkau akalmu

Manakah lebih dekat?

Sedang kau perlu berdamai dengan luka

Kau perlu berteman dengan kegagalan berlusin itu


Aku memutuskan untuk tak pernah menyelesaikan tegukan anggurku

Nikmat candu semu itu hanya sesaat sementara

Sedang keresahan terlalu nyata untuk dipungkiri


Aku, kau dan semua yang bersekutu dengan benua kecilmu itu

Yang kau tutup rapat dari tilik dan sentuh

Aku ucapkan, Tuhan bersamamu


Jakarta, 00.23, 14 Juli 2023

Selasa, 06 Juni 2023

Eunoiaku

(sajak ini kuabadikan untuk sebulan kebersamaan kita, tunanganku, Nur Maysaroh Siregar; Cahaya Yang Menenangkan)

Cinta datang menjemput dalam gelap
Ketika arah tak mampu lagi kukuasai
Lembut tanganmu pun menggapai lelah ini
Tuk membagi dingin, mengisi sunyi
Pada akhirnya, cahaya teguh itu mampu meluluhkan kerasnya hati

Sayang, dengan ini, ijinkan aku, biarkan aku
Aku ingin berpulang selamanya pada pundakmu, hanya pelukmu
Tuk menangis sekerasnya pada pangkumu
Tuk merasai hangat hatimu, menemanimu
Atas hidup yang terlalu tangguh untuk kulalui sendiri

Sendu-ayumu parasmu adalah obat
Namun jarak ini memaksa kita menjaga rindu
Menahan dahaga mimpi
Menunda pertemuan

Kau begitu luas
Kau begitu raya
Kau begitu indah dalam berfikirmu, dalam mengurai aku serat demi serat
Kau membuatku kanak-kanak lagi
Kau membuatku merasai damai yang kunanti-nanti
Kau datang sebagai Eunoia yang agung

Takkan mudah kebersamaan ini
Takkan kekal ruang ini
Takkan cukup waktu bagi semesta memberikan kita kesempatan
Tapi aku ingin selalu adamu
Aku mau selamanya mendengar tawamu, keluhmu
Aku mau selamanya siang-malam menjagamu dari petir yang kau takuti itu

Untuk tahun-tahun penantian
Untuk setiap cerita yang telah berlalu
Terima kasihku untuk cahaymu yang selalu memanggilku pulang

Eunoiaku, kekasih hati, lengkapi aku, cukupi aku


Jakarta, 5 Juni 2023

Kamis, 06 April 2023

Cinta II

Siang ini aku di gelap kamarku
Bersetubuh dengan rasa inginku, rasa cemasku, rasa rinduku
Sementara senyummu menjadi penonton bersorak sorai

Meski baumu tak mampu lagi kuimajinasikan disekitaran
Meski doamu tak mampu lagi menampung tubuh lelahku
Kau masih mampu menjangkau dalam setiap persembunyian

Ah..
Semakin dekat namun terasa semakin jauh
Semakin besar namun terasa semakin kecil
Semakin rasa namun terasa semakin amat sangat hambar

Asap menggumpal-gumpal berbaris menggenapi langit
Alunan musik berkicau kian berisik mendobrak menggebrak telingaku
Namun aku masih saja merasa sepi
Semua benar-benar sangat netral saat ini, sayang
Tak kurasai apapun
Tak kutemui makna pada setiapnya
Tak kujumpai lagi diriku sendiri

Adakah yang lebih cantik dari parasmu?
Adakah yang lebih hidup dari anggun gerakmu?
Adakah yang lebih lucu dari jari-jemarimu?

Kau tetap memburuku dalam setiap sela
Kau tetap melayang-layang dalam setiap celah
Dan aku hanya bisa tetap berlari dalam setiap kesempatan
Dari kota ke kota
Dari hati ke hati
Namun lingkaran ini kan berakhir sama
Seperti 1 rumus matematika 8 tahun lalu
Ingatkah kau?

Sayang, adakah yang lebih aku darimu?
Kembali lah, karena hanya kematian yang kan menyelamatkanku dari cintaku padamu

Jakarta, 6 April 2023

Kamis, 16 Maret 2023

Sajak Terakhir

Aku lanjutkan sajak tertunda ini.

Akhir-akhir ini jakarta sangat hujan
Serupa badai, gerimis subuh ini juga pasti akan berlalu
Begitupun musim semi nan indah
Takkan ada satupun yang luput dari keberakhiran
Takkan ada satupun yang luput dari kekuatan semesta
Sebab sementara adalah pasti.

Dan sepertinya
Memang tak ada yang perlu disesali atas perpisahan ini
Hanya menunggu waktu
Entah itu aku atau engkau
Entah itu kemarin lalu, atau hari ini
Kita tetap akan pada akhir yang sama
Kau hanya lebih dulu berani ketimbang aku
Dan aku hanya lebih dulu menyerah ketimbang engkau

Di kota persinggahan ini
Manusia seolah tak pernah tertidur
Bergantian kami mengisi pagi dan malam
Berusaha mengimbangi kesibukan
Berusaha melampaui lelah
Berusaha melupakan sesakit masing-masing

Kau tau?
Kebersamaan yang pernah, benar begitu berharganya bagiku
Aku belajar menyayangi
Aku belajar memahami
Aku pun belajar menjadi diri yang berkembang

Namun aku menyadari, bahwa cinta bukan teruntuk manusia!
Kau takkan mampu menampung betapa besarnya rasa dan harapan
Begitupun aku, aku takkan pernah mampu menerjemahkan kasihmu padaku
Begitu pun orang-orang setelahmu, orang-orang setelahku
Kita hanya terus tersesat dalam permainan rasa

Setelah kepergianmu, hadirmu kali ini membuat semua hal terasa menjadi netral bagiku
Aku tak pernah benar-benar duka
Aku tak pernah benar-benar bahagia
Aku tak pernah benar-benar ingin
Aku tak pernah benar-benar kecewa
Aku tak pernah benar-benar marah
Aku tak pernah benar-benar engkau lagi
Aku benar-benar menjadi manusia seutuhnya

Dan kufikir ini akan jadi pesan terakhirku pada kesunyian
Suara hatiku yang paling selesai yang ingin aku tuliskan tentangmu
Ini akan jadi dialog sendu penutup yang akan kubiarkan terjadi pada diriku
Kuharap kita kan menemukan kedamaian hati kita masing-masing


Jakarta, 16 Maret 2023

Senin, 16 Januari 2023

Bagaimana Jika?

Bagaimana jika
Dalam tahun-tahun panjang ini
Kau juga merinduiku dengan sesakit yang sama
Bagaimana jika
Dalam sepi-sepi yang sesak ini
Kau juga memikirkan kenangan suka-duka kita dengan sendu yang sama
Bagaimana jika
Pada diam kita yang keras kepala ini
Kau juga mencintaiku dengan kekudusan yang sama

Bagaimana jika
Pada ribuan belantara yang kulintasi
Aku masih menunggumu dengan rindu yang sama terangnya
Bagaimana jika
Pada setiap persinggahan yang kuhidupi
Aku masih mencari-carimu dengan pikir yang sama kukuhnya
Bagaimana jika
Pada setiap renung yang kujiwai ini
Aku masih mengaminimu dengan cinta yang sama hangatnya

Namun bagaimana jika
Hari-hari yang berlalu itu
Kau hanya enggan pergi dariku
Namun bagaimana jika
Kasih sayang yang lembut itu
Kau berikan tanpa makna
Namun bagaimana jika
Antara kau dan aku itu
Kau anggap duka dan kesialan

Bagaimana jika kisah ini takkan berujung?

Senin, 12 Desember 2022

Wasiat Lima Ratus Ribu Rupiah

Aku hanya menyukai suara sendunya membisik telingaku
Namun kau menari-tertawa dihempas digulung-gulung olehnya
Aku menyukai jingga perlahan turun mengecup dahimu
Kau malah tersenyum melihat pantulannya dari bola mataku
Aku ingin memeluk tubuhmu ketika malam mulai turun
Kau justru ingin menelanku lalu pergi

Aku suka sore di pantai sawarna ini
Ketika setidaknya bayangmu perlahan menghampiri kesepianku
Aku menyaksikan kau menyatu dengan samudera
Betapa riangnya wajahmu
Namun entah kenapa aku juga takut kau hilang bersamanya

Aku mencari-cari cara untuk menemukanmu pada setiap jeda
Kau berkali-kali menghindar ketika bayangmu mulai menyentuh jemari kakiku

Aku berusaha menahan perasaan ini, aku banyak takut
Sedang kau sekuat tenaga menggenapi, namun kau ingin bebas

Aku begitu suka sore yang sederhana ini:
Kau dengan gaun putihmu, langkah-langkah kecil kakimu, deru ombak yang merayu, sore yang semakin menyepi, pasir yang menjadi dingin
Aku hikmat sekali merayakan wasiat lima ratus ribu kita disini
Aku harap kau pun begitu
Selamat ulang tahun Dara Jelita
Maaf aku teramat malu menggandeng tanganmu
Tapi ingatlah, kita punya janji kelingking untuk terus hidup lebih lama

Sawarna, 11 Desember 2022

Senin, 19 September 2022

Takdir Cintaku

Tubuhku terlalu kerdil, sayang, bagi cinta yang menuntut keberanian sebesar itu untuk menjagamu
Aku lebih memilih tunduk pada hidup yang sesingkat ini
Sungguh maafkan aku

Tak kupahami takdi cinta ini, sayang
Tak kupahami sama sekali

Aku tak menyakiti seorang pun
Aku tak melukai diri sendiri
Aku hanya mencintaimu segenap jiwaku
Salahkah itu, langit?

Oh kekasih, jarak takkan mengubah apapun
Selama matahari bersinar mengantarkan bayangmu sampai ke kecupku, itu sudah cukup
Aku sebahagia-bahagianya
Meski bulan menggantikan, pantulan sinar gemintang kan memproyeksikan senyummu dalam dekap gelap
Aku akan selalu mampu merasaimu
Membaui aroma rambutmu memeluki menciumi sekujur jasadku

Tak kupahami takdi cinta ini, sayang
Tak kupahami sama sekali

Mengapa tak bisa aku menjaga cintamu utuh?
Mengapa kehidupan menjadikanmu pilihan?
Mengapa aku terjebak dalam situasi pelik pada nadir kehidupan?

Oh kekasih, aku rindu sekali padamu
Sentuhan jari jemari kecilmu pada pipiku, pada punggung tanganku, pada kedukaan dan keresahanku

Oh kekasih, kau selalu menempati istana sederhana yang ku bangun diatas tanah hamparan rasa
Kau akan selalu menjadi wanita mungilku
Yang akan selalu aku dapati dalam sedetik diam lamunanku

Tak kupahami takdir cinta ini, sayang
Tak kupahami sama sekali

Ijinkan aku menyimpan doa bagimu
Bagi keselamatan dan kebahagiaanmu
Atas setiap hari-harimu kelak hingga tua nanti
Akan terus aku buru sisa-sisa baumu di semua udara yang ada

Akan aku hukum diriku selamanya mengingatmu
Sungguh aku malu padamu sayang
Senyum manismu akan menjadi memoar kisah kita
Maafkan aku

Selasa, 19 Juli 2022

Cinta

Selamanya akan serupa ini
Sakit adalah luka yang kutau akan menjemput
Tapi candu sesaatnya terasa sepadan tuk dinikmati
Meski kelak beribu gejolak meronta-ronta dalam sukma

Anggur ini hilang mantera
Gelap ruang kamar seperti semesta melayang-layang
Entah aku atau lelah yang lebih dulu menyerah

Selamanya kan terus begini
Reinkarnasi terus berulang
Terlahir kembali untuk duka dan kecewa
Meski candu sesaat melenakan akal fikiran
Sekali lagi aku kan mencari-cari

Kufikir selamanya akan begini
Kekeliruan menjadi nadi kehidupan
Salah lalu lelah
Lahir dan bersalah kembali

Adakah yang lebih rasa dari kekekalan?
Adakah yang lebih kekal dari kefanaan?
Adakah yang lebih fana dari rasa ini?

Jakarta, 28 tahun usiaku

Minggu, 22 Mei 2022

Mengadu I

Ya Rabb, subuh ini aku menghadapmu kembali
Tiada tangis kali ini
Hanya resah yang semakin menggerogoti jiwa kecilku
Aku ingin mengadukan perbuatannya!

Aku fikir, kutukannya masih mengikuti diriku
Dia telah membohongiku, Ya Rabb, atas maaf yang diikrakannya ke angkas-Mu
Karena wajahnya masih tetap menghantui malam-malam hari
Setiap celah sepi yang aku temu
Selama ini

Ya Rabb-ku
Aku benar tak mampu menemukannya
Aku benar takkan mampu mengembalikannya dalam jangkauku
Aku benar telah kehilangannya
Seperti mantera terakhirnya ketika langit kota kami menjadi muram
Ketika badai bersiap menyapu seluruh indah

Sampaikan padanya berita kesakitanku ini
Sampaikan padanya betapa siksa ini membunuhiku berkali-kali
Sampaikan padanya bukan hanya sesal yang tertinggal di dadaku,
Tetapi juga cinta yang semakin bergelora

Minggu, 15 Mei 2022

Bukde-Pakde dan Pecel Lele

2 dini hari Jalan Fatmawati

Setengah sayu bulan menauingi keteguhan hati
Antara keringat dan lelah adalah upah sejak 90-an sudut kota ini
Berpindah dari emperan toko yang satu ke toko yang itu,
Digusur atau diusir,
Hujan atau sepi,
Entah mana yang paling tak asing bagi bukde dan pakde

Senja usia mereka terlihat pada sekujur kulit dan rangka
"Dimana letak pisau tadi?" menjadi perdebatan yang biasa
Bahasa kuno tentang cinta
Pengingat bagi mereka yang saling mengisi

Tak ada pewaris, tak ada pembantu
Mereka berangkat dan pulang beriringan
Menggandeng gerobak tua bak anak yang disayangi
Pelan dan perlahan mengikuti kecil-kecil lemah langkah
Sejak sore hari hingga toko menjelang beroperasi
Demi sebuah keyakinan:
Menggenapi takdir Ilahi

Lembut-santun ucapan mereka seperti sebuah ciri, tradisi
Senyum sepuh pengalih letih
Menipui semua yang singgah tadi

Makan dan teh hangat gratis setiap jum'at malam bagi si yatim dan piatu,
Bagi tukang parkir, pengamen, pejabat, peminta-minta, penipu, bahkan koruptor berdasi

Cukupkah untung bukde-pakde malam ini?
Adakah simpanan mereka?
Dan bagaimana nasib mereka bila saling mendahului nanti?
Apakah mereka akan tetap berkasih kepada kami?

Atas keteguhan yang kudus dan langit yang kutatap saat ini:
Apa yang mereka cari?

Kamis, 21 April 2022

Selamatkan Aku

Ku susuri sisa jalan ini, kasih
Lorong redup tanpa ujung
Sesak dadaku

Kubiarkan perasaan menghadirkanmu
Memenuh-sesaki fikiran
Hanya itu yang ku punya sekarang
Seluruh ingatan yang tertinggal
Yang menimpali bau lumut-lumut lembap di dinding masa lalu

Dalam gelap yang terus memburuku
Lemah harapan merintih-rintih
Adakah kau di ujung keputusasaan ini menungguku?

Sayang, hukum aku dengan apapun
Asal kau ada dalam jangkauku. Lagi
Pukul aku dengan seribu makian dan amarah
Namun peluk aku dalam cintamu. Lagi

Tanpamu adalah siksa yang tak mampu kukuasai
Kau sungguh keindahan penyembuh
Kau sungguh anggun yang memenuhi ruang nafasku
Adakah kau di ujung keputusasaan ini menunggu?
Atau lara yang kan menarik menuju kelam paling dalam nan abadi?

Selasa, 12 April 2022

Malam 10 Ramadhan

Aku menemuimu kembali malam ini
Untuk resah yang masih tak tersembuhkan
Untuk kerinduanku padanya yang terus menjangkiti

Tak kutemui kata yang paling mendekati makna sesal
Tak kutemui kata yang cukup sempurna mewakili kekosongan ini
Aku terhempas-hempas dalam gelap yang kucipta

Pada malam khidmat ini, ketika cahayamu menerangi setiap hati makhluk
Aku tetap merinduinya
Senyumnya terus menghantui, memenuhi
Di kediaman yang terus mencabik-cabik ruang-waktuku

Aku menemuimu kali ini untuk keputusasaan yang tak lagi terhitung
Aku menyerah padamu atas nyata yang tak kukehendaki
Kali ini, bisiki aku akhir dari kisah panjang
Isyaratkan padaku ayat-ayat yang kan menyembuhkan
Segenap hatiku meminta kemurahanmu

Aku menemuimu di malam sunyi tempat kutumpahkan seluruh tangisku
Aku kehilangan makna
Aku kehilangannya

Senin, 28 Maret 2022

Gadis Kecil Dalam Gerobak

Jalan Kapten Tendean menjelang setiap maghrib.

Aku akan memulai sajak ini dengan sebuah tanya:
Hidup? Apa itu Hidup?

Rumahku serupa ruas liang lahat
Tapi yang satu ini mampu berpindah dan beroda sepasang
Kiri-Kanan melengkapi

Aku memang tidak tidur bersama cacing atau serangga yang berusaha mengurai ragaku
Hanya sekumpulan botol sisa minuman, atau kardus, atau jika beruntung besi dan kaleng bekas terbuang
Mereka adalah syukur bagiku dan abah
Setiap saat kami.

Aku tak seperti bangkai-bangkai yang selamanya dikubur dan terkekang
Lebih baik, aku dapat menghirup pahitnya asap knalpot kendaraan
Aku juga dapat melihat pagi, siang, sore dan malam menguliti kaki abahku
Demi menyusuri tiap sudut Jakarta mencari makna atas pertanyaanku

Kulihat orang terburu-buru mengejar matahari
Dan kembali terburu-buru lagi menjemput malam
Aku bertanya, apa yang mereka cari?
Apakah botol, kardus, besi-besi atau kaleng bekas terbuang seperti kami?

Tidak, kami tidak tinggal diam dan bermalas-malasan
Seperti mereka, kami juga bergerak menjawab hidup
Bahkan sedikit lebih cepat dari siput bersama cangkangnya

Banyak sekali hal yang tak kukenal atas hidup yang begitu asing
Kata abah orang hidup untuk hidup
Tapi antara Diare atau TBC, aku tidak tahu mana dari mereka yang kan menjemputku lebih dulu
Kata abah orang hidup untuk makan
Tapi antara lapar dan sangat lapar aku sukar membedakannya
Kata abah orang hidup untuk berilmu
Tapi antara berguna dan bermanfaat aku buta aksara
Kata abah, barangkali orang hidup untuk membangun peradaban
Tapi peradaban kami hanya menjangkau hari esok

Lalu kata abah, orang hidup mencari sejahtera
Tapi bagiku, seorang gadis yang bernafas belum lebih dari 4 tahun ini, tidak tahu mana yang akan lebih tenteram:
Antara gerobak atau liang lahat

Ibukota Negara, Jakarta, Gerobak Abah, 28 Maret 2022

Minggu, 13 Maret 2022

Aku Pasti Sudah Gila

Malam merayuku untuk tetap terjaga
Menghasut khayalku mengembarai hari-hari yang entah nanti
Pagi di seberang sana telah siaga mengintai
Sedang senyum dan matamu masih bergantian melayang-layang
Aku fikir aku telah dikuasai

Sayangku, adakah yang lebih nikmat dari membersamaimu?
Jantung ini seketika mendegup-degup
Darahku menghantam karang keteguhan
Malam sekali lagi memaksaku tetap memikirkanmu

Gusarku semakin tak tertahan
Senyum dan matamu telah berhenti melayang
Namun kali ini ia mencengkram hatiku

Adakah yang lebih takut dari diriku tentang cinta?

Sabtu, 22 Januari 2022

Gadis Kecil dan Ibu Gajah

Jalan wijaya I pukul sembilan lebih sepuluh

Si gadis kecil berbaju merah menyala
Riang wajahnya; berani, penuh suka cita
Mimpi melayang-layang dan imajinasi menemani
Tersimpan harap tulus di dada, mengagungkan Tuhan atas nikmat yang senantiasa

Ibu Gajah tersenyum melihat anaknya; bahagia, merasa bersalah
Biru muda warna kulitnya itu lusuh dimakan terik
Sesekali basah oleh gerimis, seringkali basah oleh keringat dan rasa cemas
Malam nanti makan apa?

Jakarta,
Rumah bagi segala mimpi
Rumah bagi segala ilusi
Menjadi pusat informasi tak menjamin keadilan terdistribusi
Pusat pengetahuan tak serta merta memberikan kelayakan hidup
Pusat peradaban, namun peradaban bagi siapa?

Si gadis kecil naif melihat dunia penuh semangat
Ibu gajah melihat dunia penuh kecewa

Pada getirnya realita, mereka tetap bergandeng tangan begitu mesra
Untuk saling melengkapi, saling menguati
Berjalan menghitung malam, bulan demi bulan, tahun demi tahun

Gadis kecil berjalan diatas trotoar mengayun-ayunkan tangan ibu gajah
Bernyanyi, melompat-lompat, bertanya ini dan itu
Ibu gajah menginjaki aspal mengayun-ayunkan rasa lapar
Kadang ia bersyukur bidadari kecil itu menjadi teman hari-hari
Kadang mengelus dada menyesali kelahirannya
Pada dunia yang ternyata tak cukup indah

Suara malam di Jakarta adalah suara hati yang lelah para buruh, pengamen dan peminta-minta, pedagang-pedagang kaki lima, orang-orang yang tinggal di gerobak atau yang tidur beralas kardus di sepanjang trotoar jalanan
Juga suara motor para karyawan kantoran, mobil para bos, para pejabat, para aparat, para hedonis-hedonis dan narsistis
Terus bergantian mengisi jalanan, memenuhi setiap inci Jakarta

Jakarta milik mereka
Jakarta wajah mereka

Di jalan wijaya I pukul sembilan lebih sepuluh
Jakarta adalah sejarah bagi mereka yang setiap hari tertunduk-tunduk pulang kerumah
Mencari makna dari hidup yang berupa-rupa
Gadis kecil dan ibu gajah telah lama menemukannya:
Cinta.

Tapi...
Siapa peduli mereka?
Siapa yang kan mengenang mereka?

Jakarta, 22 Januari 2022

Rabu, 12 Januari 2022

Niscaya yang Kuamini

Dan Waktu bersujud pada Illahi
Berjalan tanpa keluh sekejap pun
Siang-malam bersujud pada Illahi
Bergantian hadir tanpa telat sedetik pun
Rumput dan ilalang tumbuh dengan rasa syukur
Menjulur-julur mencari ridho-Nya
Bintang gemintang melayang pada ruang penyembahan keagungan
Laut dan samudera beriringan menghempas-hempaskan kuasa-Nya yang dititipkan sementara
Memanggil angin membisikkan asma-Nya
Bagi seluruh jiwa-jiwa

Rabb itu tau betapa aku berserah segalanya
Atas yang aku suka atau yang tidak aku kehendaki
Rabb itu mengetahui betapa aku menundukkan hati dan pandangku
Pada maya dunia yang sangat fana
Pada kenikmatan-kenikmatan semu yang takkan lagi mampu kurasai

Benar pasang-surut taqwa masih di dada
Aku mencari-cari cahaya abadi tempat berpulang
Namun kehadiran kasih-Nya yang begitu lembut selalu memelukku dalam kesepian
Terus memberikan hangat pada hidup dan rasa yang semakin tak kupahami
Rabb itu sungguh tau betapa aku bersaksi atas keesaan-Nya
Namun rasaku padamu? Tetap serupa

Allah selalu membersamaiku, percayalah
Dan dirimu akan selalu mengharumi diamku
Damailah kau disana, di altar keanggunanmu

Jumat, 31 Desember 2021

30 Desember (Selamanya)

Kepada yang kucinta: M.D.B

Selamat ulang tahun!

Genap 5 tahun sudah terakhir kalinya inderaku menangkap wujudmu,
Jasadku merasakan adamu,
Hatiku menikmati kasih sayangmu yang tiada habisnya

Sungguh kau ciptaan-Nya yang sangat indah
Kaulah keanggunan seorang wanita dimataku
Selamanya aku akan mengagumi

Kekasih, kehilanganmu adalah jurang sepi bagiku,
Kepergianmu adalah neraka kehidupan yang panjang, yang mau tidak mau harus aku lalui
Dan darinya lah lahir makna cinta
Dan darinya lah lahir kesadaran bahwa aku sungguh sarat cela

Aku terus mencari-cari dirimu dalam sisa ingatan
Allah bersamaku
Menjagaku
Mendengarkan setiap rintih kerinduan

Kekasih, berbahagialah dimanapun kau hidup
Sehatlah tubuh dan jiwamu disana
Kepadamu yang begitu aku cinta: 
Tanpamu, hatiku takkan pernah utuh

Selamat ulang tahun kekasih, karo kitikku

Jakarta, 30 Desember 2021

Senin, 06 Desember 2021

Hujan Desember Ba'da 'Isya

Malam ba'da 'isya ini aku makan mie tektek telor ceplok setengah mateng Warung Kopi Abah Raup 2
Di gang sempit sebelah kantor
Mienya nikmat, hangat
Aku sering memesannya
Tapi rinduku ini justru ingin kau yang hadir di atas meja

Aku mendongak keatas
Ke langit yang menaungi
Melihati percik air hujan yang baru saja menabarak gedung kekar itu
Seolah dalam butirannya aromamu hendak terbang memelukku

Mik, sebentar lagi hari ulang tahunmu
Sedang apa kau disana saat ini, mik?
Adakah kau sedang melihat langit yang sama sepertiku?
Apakah kau sedang menciumi aroma hujan ba'da 'isya ini juga?
Akankah kau memesan suaraku lagi untuk mengantarkanmu tidur?
Aku rindu padamu, mik, sungguh rindunya

Sabtu, 13 November 2021

Sepotong Hari Tanpamu

Aku fikir aku tertawa
Aku fikir aku sedang bersenang-senang disini
Bersama teman-temanku
Aku fikir aku sudah cukup bahagia
Aku fikir

Tetapi ketika tawaku berhenti, aku kembali padamu
Kerinduan mendalam begitu merasuk
Aku langsung terbang ke altar sunyi
Tempat dimana bayang-bayang senyummu bersemayam kekal
Tempat dimana dupa setiap paginya aku persembahkan
Bagi cinta, bagi cinta yang entah batasnya

Jumat, 08 Oktober 2021

Bersama Hujan

Malam ini hujan datang dengan lebat dan tiba-tiba
Aku yang tak siap terduduk dan menggigil
Padahal aku tahu benar disana langit memang selalu mendung
Hujan ini pun pasti akan turun sewaktu-waktu

Aku bukan tidak mensyukuri dingin dan kesenduan yang dibawa hujan, tidak
Aku sangat mencintainya
Aku bersyukur akannya
Karena hujan ini adalah engkau
Karena hujan ini lahir dari rahim jiwamu

Sayang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selepas hujan ini nanti
Akankah hujan membersihkan debu-debu pada luka hatimu
Akankah hujan menumbuhkan pucuk-pucuk kehidupan baru
Menyuburkan pengharapan
Meneguhkan keyakinan
Atau justru menenggelami sukmaku pada dosa yang begitu raya kepadamu
Seperti hujan-hujan yang lalu

Sayangku, maukah engkau berbagi rasa denganku
Apakah hujan ini juga hadir disana?
Apakah kau juga menangis ketika hujan ini membasahi dirimu, memeluk tubuhmu?
Akankah hujan ini menuntunmu kembali?

Sabtu, 04 September 2021

Yang manakah?

Di kepalaku..

Di kepalaku kau tak nyata, mik
Kau telah pergi
Kau sengaja tak ingin kembali
Sehingga kebersamaan kita hanya mustahil saja

Di kepalaku
Di kepalaku kau sudah tak mencintaiku lagi, mik
Kau telah membenciku
Kau mampu hidup tanpa hadirku
Kau berharap aku menjalani hidup tanpa cinta darimu lagi

Di hatiku..

Namun di hatiku, kau menjelma segalanya
Senyummu sayang, senyum itu masih syahdunya menangkapku
Kau masih menyandarkan kepalamu di bahuku
Kau masih merinduiku
Kau masih menunggu-nunggu kabar dariku
Kau masih gengsi mengakui betapa kau mengasihiku, sayang

Di hatiku
Di hatiku kau berbisik untuk ku segera mencarimu
Di hatiku rindumu sudah begitu kronisnya, kau butuh aku segera memelukmu

Sayangku,
Datang dan peluklah aku meski pada sebuah isyarat mimpi
Biarkan sejenak aku membauimu
Sehingga aku tahu, mana diantara kepala dan hatiku yang harus menyerah

Rabu, 25 Agustus 2021

Melukis Ada-Mu

Pada kanvas yang naif dan kosong
Kupinjam tangan ini untuk menggenggam kuas-kuas suci
Hendak kulukis jasad-Mu dengan niat atau hasrat
Sebab rinduku terus mencari cahaya hakiki

Pada kanvas yang diam dan menunggu
Kupinjam ruang ini untuk merenung diri
Akan kutarik getar-Mu melalui makna atau imajinasi
Sebab hatiku terus mencari zat abadi

Siang diatas kepala-Mu
Malam dibawah kaki-Mu
Kanvas ini begitu kecil tak berwarna
Berilah aku sedikit Hijau yang teduh
Atau Biru yang raya tuk menghiasinya

Pada kanvas yang takkan kemana-mana
Kurendahkan diriku tuk mulai menjamahnya

Pada kanvas-Mu yang menjadi takdirku
Hadirlah dalam setiap sentuh
Wujudlah di sela-sela gradasi

Selasa, 17 Agustus 2021

Segelas Kopi dan Kemerdekaanku

Sesungguhnya aku tak ingin menikmati kopi ini
Tapi aku butuh sekali aromanya
Barusan pagi begitu cerah kulihat
Sinarnya disayup-sayup kicau kenari dari jauh membuat matamu langsung melayang-layang dihatiku

Sesungguhnya aroma kopi ini juga hanya cukup mengalihkanku dari senyummu yang sebentar lagi akan mencengkram jantungku
Kau begitu tinggal, sayang
Kau pernah menjadikanku rumah bagimu
Dan selamanya, inilah rumah itu

Sesungguhnya aku bukanlah mulut yang diharapkan kopi panas ini
Lidahku pernah mengingkarimu
Rayuku pernah memberikan manis yang akhirnya justru menyakitimu
Aku terlalu cela bagi kopi ini

Sesungguhnya pagi ini pun akan menjadi siang, lalu sore dan malam melanjutkan
Tapi aku tetap harus mensiasati seranganmu yang selalu hadir dalam sela tanda-tanda alam
Aku dan kopi yang tak saling menginginkan ini pada akhirnya harus tunduk pada waktu, pada keadaan, pada fakta
Fakta bahwa kau tak lagi disini
Dan pergimu selalu jadi hukuman tak berkesudahan

Rabu, 04 Agustus 2021

Sajak Kelima

Kukejar sibuk, riuh
Tapi justru sepi yang menghampiri, membawamu turut
Aku fikir sepi hanya pengalih
Nyatanya sibukku adalah wujudmu

Aku berlari menjauh, semakin jauh
Tapi justru kau kian mendekat
Aku fikir dekatmu adalah semu
Nyatanya jauhkulah cintamu

Aku akan tabah pada siksa ini
Sebab siksa ini adalah dirimu dan aku ingin tinggal lebih lama
Aku ingin menjadi tubuh bagi kenikmatan ini

Ijinkan aku menyatu denganmu, kasih
Hanya benang ini yang tesisa sebab kau enggan meniti kembali
Lalu ijinkan aku merinduimu melalui malam, melalui jalanan atau lagu-lagu
Melalui dingin, melalui bukit atau melalui gerimis yang sangat kau sukai itu
Ijinkan aku mencarimu melalui zat-zat alam yang pernah kau sentuh
Biarkan aku meraba jejakmu yang tanpa aku

Ini sajak kelima setelah sidangmu kau tutup
Sajak yang sesungguhnya takkan pernah mampu menerjemahkan inti rasa
Yang takkan mampu menyembuhi luka-lukamu

Aku pun menulisnya hanya karena rindu;
Tidur di kedip matamu,
Peluk dalam dekap hangatmu,
Mandi di sejuk suaramu

Sayangku, tetaplah tinggal dalam ingatanku

Jakarta, Agustus 2021

Rabu, 30 Juni 2021

Cahaya Akan Datang

Diluar sana tempat semua indah dan raya:
Bentang samudera berlatar senja,
Garis langit berbagai warna,
Bukit-bukit berbaris bersentuhan,
Gedung menjulur-julur keluar dari tanah,
Teknologi dan inovasi-inovasi terus memudahkan kerja
Tetapi aku hanya ingin berpulang pada lembut dan hangat tanganmu, sayang

Aku telah melintasi kampung dan kota bermacam rupa
Manusia berbagai suku dan keyakinan hidup bersama atau terpisah
Kebaikan juga keburukan bercampur
Ketulusan dan tipu daya sulit diterka

Tetapi jalan yang selalu kurindukan adalah jalanan yang kita lalui bersamamu
Ketika kucuri wajahmu dari jendela spion motor kita
Ketika kulihat kau menyimpan tangis untukku

Maafkan aku yang belum mencintaimu dengan cara paling sempurna
Tapi ketahuilah, pada cahaya itu aku kan pulang

Jakarta, 30 Juni 2021

Rabu, 28 April 2021

Ternyata

Sayangku,
Mari kita akhiri ini!
Karena ternyata tak ada yang lebih kita cinta selain diri kita sendiri
Kita hanyalah para penyembah berhala keinginan, hasrat kita masing-masing
Bersama adalah cara kita menguatkan keyakinan yang ternyata setiap saat jutru selalu kita pertanyakan

Kasihku,
Pergi saja!
Aku bukan perahu pelayaranmu
Aku bukan rumah bagi perlindungan keluh-kesahmu
Bahwa ternyata kamu pemburu kepastian
Sedang yang kuimani dari kepastian hanyalah kematianmu dan kematianku

Kau tak perlu lagi mengamini keyakinanku
Dan aku tak ingin lagi terus meyakinkanmu

Disinilah semua kan berakhir
Disinilah semua yang baru kan dimulai
Hidup barumu
Dan pengembaraanku

Selesai, 28 April 2021

Jumat, 26 Februari 2021

Cah'ya Senyum Rabb-ku

Ah sore..
Sepoy angin pulang
Menjemput semua gairah ke sarangnya
Lalu lalang makhluk bergerak
Ada yang ceria
Banyak yang murung

Langit luas terasa begitu sempit
Saban hari aku pergi tanpa makna
Aku pulang dengan gelisah
Kosong

Ketika cah'ya-Nya menembus kelopak mataku
Menembus keras hatiku
Aku menangis girang
Aku dipukul kebenaran

Rabb-ku
Kepada sore-sore yang akan selalu hadir ini
Bebaskan kami dari ketidaktahuan

Senin, 15 Februari 2021

Hari Ini

27 tahun umurku dan semakin kesini aku menyadari 1 hal:
Kebenaran mulai tampak satu persatu; dari yang terpahit hingga yang memilukan

Aku berjalan dari Imam Bonjol ke Jalan Perdana
Sedikit memutar Lapangan Merdeka sehingga dapat mencium mulut stasiun
Aku lihat yang putih gemerlap lalu-lalang
Pun aku merasai yang hitam kelam bungkam dimata-mata itu

Hari ini akan menjadi sejarah!
Akan kuceritakan pada anakku, lalu mereka pada anaknya, lalu cucu-cicit mereka, dan seterusnya:
Bahwa tahun 2020 adalah bencana, tahunnya kehancuran sebuah tatanan, tapi tahun lahirnya kesadaran, kita harus mengingatnya!

27 tahun hidupku aku takkan lagi menyerah
Kebenaran harus dihadapi
Sebab dunia hanyalah rumah yang semu dan rekayasa

Medan, 15 Februari 2021

Kamis, 03 Desember 2020

Jatuh

Tak henti-henti
November begitu basah
Desember ini juga sama
Diluar dingin mengundang rindu
Didalam yang rapuh menjamu resah

Tak henti-henti
Segala tanya terus mengusik
Aku diam siapa pemilik?

Akalku mandek
Hatiku pilek

Barangkali Tuhan sudah capek
Bermacam isyarat tiada ku amin
Entah aku yang begitu kaku, atau begok ini memang terlanjur membatu

Sesekali aroma hujan membawa senyumnya masuk
Selekas mungkin aku menampik

Seorang teman pernah menggoda, katanya, setiap hidup pasti akan merasai jatuh terpuruk

Oh, aku tau rasanya.

Barangkali aku harus berdamai, harus kuamini:
Entah itu november dan hujannya
Entah itu hidup yang sepedih ini

Minggu, 06 September 2020

Aku Fikir Aku Belum Mencintai Seluruhmu

Aku fikir aku belum mencintai seluruhmu, mik
Aku mencintai matamu, jari-jemarimu, senyummu, suaramu, fikiranmu, cara kau berjalan, kau tertawa, kemanjaanmu, bawelmu, cara kau khawatir padaku
Aku mencintai tubuhmu, jiwa-ragamu
Aku mencintai kita, kau dan aku

Aku masih mencintai adamu, mik
Tapi aku belum mampu mencintai hilangmu, pergimu, sedihmu, kecewamu, cara kau menjauh, cara kau menghukumku dan diammu itu
Aku tak mampu mencintai ketiadaanmu

Aku fikir aku belum mencintai seluruhmu, kekasih
Lantas, bagaimana nasibku?

Selasa, 18 Agustus 2020

Teka Teki Ketetapan Ilahi

Kepada pemilik Matahari dan Bulan:

Tuhan-ku
Engkaulah keagungan itu.

Kepada engkau sang maha kasih, maha mengetahui apa-apa, kebijaksanaan dan kuasa-Mu tiada kira

Tuhan
Sungguh ketetapan-Mu adalah yang paling baik
Tapi kenapa hamba masih sesedih ini?
Dan kenapa pula hamba harus bersedih?

Ya Rabb-Ku
Hamba berserah atas hati dan diri hamba
Atas apa yang hamba suka dan tidak hamba suka
Atas seluruh isyarat-Mu yang tak mampu hamba pahami

Kepada engkau sang pemilik hamba
Ijinkan hamba menangis 1 kali malam ini

Minggu, 05 Juli 2020

Pesan Bapak

Bapakku berkaca:
Oh rambutku udah ada ubannya
Oh mataku udah sipit
Oh pipiku udah peyot
Oh kupingku udah mulai lemah
Oh, aku, udah, tua

Bapakku melihat lagi jauh ke kaca lemari itu
Lemari yang sudah lapuk
Lemari yang puluhan tahun menyimpan isi hatinya, menyimpan kebenaran
Dia tersenyum kecil: kecewa, menyesal

Ah ternyata surga itu tak ada
Ah ternyata neraka itulah diriku, perbuatanku, fikiranku

Bapakku lantas beranjak dari kacanya, mencariku
Bapakku mencari di belakang rumah, dekat selokan tempatku bermain dulu
Dekat pohon jambu kelutuk
Dekat kebun sawit milik perusahaan malaysia
Bapak mencariku kemana-mana
Bapak tak menemukan anak kecilnya

Ih aku lupa
Ih aku malu
Ih ih ih, bapak menangis

Nak, jangan kemana-mana, jangan mencari-cari
Karena tak ada mana-mana itu!
Karena tak ada cari-cari itu!
Jadilah orang baik, baik sebagaimana baik yang kau pahami

Senin, 06 April 2020

Ikutlah Bersamaku

Kasih, aku takkan mengajakmu berlari mengejar syahwat duniawi ini
Kemewahan akan melalaikanmu, melalaikanku
Kepopuleran akan melelahkanmu, melelahkanku
Bahkan berharap apapun didunia ini akan melukaimu, melukaiku

Kasih, aku takkan mengajakmu mengarungi dunia ini mencari bahagia, kau harus tahu itu
Kuharap kau percaya padaku
Kuharap kau sudi tetap menggenggam erat tanganku
Memeluk letihku
Menerima ketelanjanganku

Kasih, aku takkan mengajakmu mengarungi dunia ini untuk mencari apa-apa
Sebab bahagia kitalah yang cipta
Juga makna, makna ada bagi hati yang lapang

Kasih, pelik benar hidup di dunia ini, semua kegemerlapan dan keindahan ini akan semu pada akhirnya
Kita kan tertipu, selalu seperti itu
Dulu aku-kau suka sekali ini-itu
Tapi perlahan rasa suka itu terus meminta lebih, malah hambar, malah pudar

Pernah juga aku berfikir 'tuk membawamu mencari kedamaian abadi
Namun dunia ini terlalu riuh, terlalu tipu, takkan ada kedamaian abadi disini, sayang
Damai hanya akan ada bagi dirimu sendiri, bagi diriku sendiri

Percayakah kau sekali lagi padaku?
Sudikah kau sekali lagi mengiringiku, kasih?
Aku ingin mengajakmu mencari 'Arsy Ilahi itu
Kufikir disana lah tempatnya

Surian, 6 April 2020

Selasa, 31 Maret 2020

Ada Semesta di Kepalaku: Tentang Kebodohan

Terkadang hasrat ingin menyakiti, menghancurkan orang lain atas kebodohannya, muncul menguasai benakku

Mereka orang-orang disekeitarku! Mereka harus hancur!

Aku tak henti-hentinya melihat dengan mata dan hatiku betapa manusai-manusia disekelilingku begitu menyedihkannya
Oh tidak! Nyaris dari seluruh mereka manusia ini
Mereka berjanji, mereka mengingkarinya
Mereka memohon, mereka mengkhiantainya
Mereka menangis, mereka menertawai diri mereka sendiri
Berkali-kali mereka lalim kepada diri mereka sendiri

Hasrat ini semakin hari semakin menyesak di dadaku
Tapi pada akhir renungan, lagi-lagi yang kupilih untuk kuhancurkan adalah justru diriku sendiri
Bukan mereka!

Mereka makhluk tak berdaya
Bahkan mereka bodoh, mereka tak mengetahuinya
Semesta-semesta di kepala mereka lenyap ditelan dunia
Di telan kekayaan-kemiskinan
Di telan kepintaran-kenaifan
Di telan kelapangan-kesempitan
Di telan kemolekan-keburukan

Makin aku hidup, makin aku ingin mengakhiri kehidupan ini
Makin aku menikmati duniawiku, makin kering tenggorokanku rasanya
Makin aku berfikir, aku pun makin ingin menghancurkan diriku sendiri

Tuanku Yang Maha Agung,
Kepada kuasa yang ku akui maha besarnya, yang menguasaiku dan seluruh apa yang tampak dan tak tampakku, dengan segenap kerendahan diri dan berlaksa mohon ku sujudkan kepalaku serendah-rendahnya menghadap-Mu:
Ampuni kami.

Sabtu, 15 Februari 2020

Aku Ingin Mengaku Malam Ini

Mencintaimu adalah sesuatu yang tak kupahami
Ia datang begitu saja
Tanpa sebab
Tanpa alasan

Kau adalah gadis paling biasa yang pernah kutemui
Kau jujur
Kau tulus
Kau apa adanya

Bersamamu adalah sesuatu yang akan selalu aku jaga
Kuhargai
Kuhormati
Kusenangi

Sayang, aku ingin mengaku padamu malam ini
Tapi ini bukan tentang rasa yang kualami
Bukan tentang janji yang 'kan kuamini
Ini adalah sesuatu yang paling benar
Sesuatu yang paling luhur dan kusadari
Kau harus tau itu

Sayangku, kepadamu kuingin pulang

Minggu, 08 September 2019

Akhir Cinta

Barangkali pertemuan kita tidak diwaktu yang tepat
Tuhan hanya ingin mengenalkanmu padaku
Sedang semesta hanya ingin pamer

Mika, kau menghukumku dengan sangat
Ternyata kepergianmu adalah hal terberat yang harus aku lalui

Aku kembalikan kau pada-Nya
Aku kembalikan hatiku pada Semesta

Padang, September 2019

Minggu, 02 Juni 2019

Punggung Sore

Aku tau aku tak bisa memilikimu
Aku tak bisa memeluk, apalagi menelanmu

Aku tau kau sengaja pergi dariku

Tapi welas asih Sang Semesta masih menyertaiku
Tak apa.

Meski hanya sekejap, singkat
Aku bersyukur masih bisa menikmati punggungmu

Terima kasih.

Mandeh, 24 Desember 2018

Rabu, 22 Mei 2019

Balada Diri

Akulah seekor kucing kecil dipojok kamar
Sendiri
Takut
Di terkam kamar gelap
Padat
Dingin
Di buru hujan riuh
Besar
Kuat

Akulah seekor kucing kecil yang rindu bulu induk
Peluk
Hangat
Di sayang sepanjang siang
Terang

Akulah seekor kucing kecil
Akulah seekor kehidupan
Akulah seekor lemah menunggu majikanku menjemput pulang

Padang, Mei 2019

Senin, 29 Oktober 2018

Sekerdip Harap

Ku mau, di pangku-pelukmu berpulang aku dgn letihku
Ku mau di belai tanganmu pada keningku, luluh segala cemas
Ku mau pada bibir kecupmu aku hangatkan kembali kobar juangku

Ku mau..

Ku mau ketelanjanganku ku pasrahkan padamu
Ku mau kaulah pemilik rah'sia
Ku mau kau kekasihku satu
Hanya kau!
Kau yg ku mau!