Senin, 19 Juni 2017

Kembang Sepatu Merah Muda

Kita bertemu saat kabut malam setebal sendu
Gelap
Senyap
Penuh elegi
'Akankah esok mentari kan arif kembali?', katamu dengan senyum entah

Kita bertemu saat jalan tak nampak
Merangkaki dengan sakit
Dingin
Takut
'Adakah kelak kita berjalan beriringan? Saling menguatkan?', tanyaku ragu

Lalu kita pun tumbuh;
Aku menjadi rumah bagi mawar, bagi melati, bagi anyelir muda
Dan engkau anggun menjadi kuntum kembang sepatu

Tentang waktu yang bukan milikku, aku mulai menemukanmu
Mataku mampu merasai hadirmu
Perlahan baumu pun menjadi teman sukmaku
Tapi musim kan berganti
Sedang aku tetaplah semi

Dibening langit biru kita saling menahan kata
Hingga engkau berjalan menuju jauh
Mekar
Indah dan melupakanku

Kepada engkau kembang sepatu penyejuk pagi:
Terima kasih

Selasa, 09 Mei 2017

Kerlip senja kamarku

Aku percaya
Setiap kita menyimpan rindu
Entah khawatir atau ingin tahu
Aku percaya

Aku percaya
Banyak kata yang tak benar-benar mampu menjelaskan isi rasa
Entah itu kamu atau aku
Aku percaya

Dan aku pun
Masih memilin cah'ya lampu kamarku
Berusaha menguraikan lagi ingatan tentang masa
Sudut dimana berada disebelahmu menjadikan aku dewasa

Aku percaya
Dalam doa cinta akan mampu terjaga
Sebab perkara waktu kita akan menua

Senin, 24 April 2017

Ambang batas hamba jelata

Tuhan, aku bertanya diantara keputusasaanku
Mana hukuman yang paling ringan di neraka-Mu
Antara mati karena mencuri agar bisa makan
Atau mati kelaparan karena tak ingin menucuri?
Sungguh aku di situasi yang tak mengenakkan
Kau menciptakan banyak hati yang mudah disusupi ketamakan
Sedang ujianmu terlalu keras pada mereka lainnya

Aku bertanya diantara gemetarku
Di nadir kesanggupanku

Tuhan, barangkali aku benar-benar telah kehilangan imanku
Tapi setidaknya jawab segera
Agar setelahnya aku bisa tetap hidup dan memohon ampunan-Mu

Minggu, 23 April 2017

Problema insomnia

Aku ingin tidur dengan tulus
Dengan letih disekujur tubuh
Tanpa hutang
Tuntas!

Aku ingin tidur dengan tulus
Dengan rasa yang merdeka
Tanpa kecewa
Pasrah!

Aku ingin tidur dengan tulus
Sebab terjaga aku selalu ingin melupa

Jumat, 14 April 2017

Rahasia

Aku selalu menemukanmu diantara diamku
Aku selalu menemukanmu dalam setiap makna yang aku cipta
Bahkan aku mampu mengenali suaramu menyelinap diantara gemercik hujan
Sayup-sayup pecah ke tanah

Aku masih!

Tapi kini aku enggan berbicara tentang rasa kepadamu
Karena kau selalu menipuku!
Tanganmu merengkuh erat
Sedang jiwamu melayang ke negeri yang tak mampu kusentuh
Berdinding tangis
Berlatar senja pertemuan

Aku asing bersamamu
Kita bercumbu-tertawa
Tapi diam-diam kau memaksaku membongkar kardus penuh itu
Yang berisi nanah-nanah yang enggan lupa
Untuk apa?
Untuk kita rasai lagi semuanya?!

Aku masih menemukanmu dalam semestaku
Aku masih memagutmu kedalam mimpiku
Kedalam esokku
Aku masih!

Tapi kini aku enggan berbicara tentang rasa kepadamu
Hanya dalam doa kan ku genggam jemari mungilmu
Karena kita sama tahu, mungkin cintaku bukan rumah bagimu

Kamis, 30 Maret 2017

Setelah aku mati nanti

Setelah aku mati nanti

Setelah aku mati nanti
Aku telah selesai dengan dunia ini
Terpisah
Denganmu juga
Sedang tubuh ini akan menjadi bangkai diliang gelap
Juga mataku
Juga tulangku
Senyumku
Punggungku
Takkan ada lagi yang dimiliki oleh siang atau malam
Semua kan lenyap

Tiada, maka kembali ke tiada

Setelah aku mati nanti
Semuanya akan tertinggal bersamamu
Menjadi kenangan bagimu
Aku akan hidup dalam kebungkamanku
Melupakanmu

Setelah aku mati nanti
Semua yang candu itu bukan lagi milikku
Entah itu syahdu matamu
Entah itu renyah suaramu

Karena setelah aku mati nanti
Kita akan sadar betapa cinta bukan milik kita

Padang, Maret 2017

Minggu, 05 Maret 2017

Sebait yang tertahan

Entahlah, aku menyimpan semuanya disini
Di dadaku
Sendiri
Entah akan cukup atau tidak siapa duga, toh aku tak bisa menyampaikannya padamu

Sesal menumpuk-menghantui
Pun rinduku menjadi-jadi, andai kau tahu

Hanya saja perihal cinta, entah yang bagaimana yang aku pahami
Barangkali aku satu yang paling dungu tentangnya
Itu salahku!
Harusnya aku peluk saja erat tubuhmu saat itu
Lalu ku biarkan degup nadiku menceritakan semuanya
Tentang kejahatan yang aku lakukan bersama spion motorku: Menikmati syahdu matamu.
Juga tentang mantra selamat yang diam-diam ku pintakan untukmu, agar bisa selalu aku melihat riang di pipimu

Dik, haruskah aku terus membohongimu dengan semua leluconku?
Haruskah kita dustai perbincangan kita dengan begitu lihainya?
Dadaku mulai pengap, dik
Aku rindu disampingmu
Aku sayang kau, dik

Selasa, 07 Februari 2017

Syahdu

Aku mencarimu kehujung jauh
Aku fikir kau berada dalam derai cah'ya senja
Tapi aku salah.

Aku membaui aromamu pada percumbuan gugur mahoni
Tapi tak ku temui
Hanya temaram lirih
Sepi

Aku mengejarmu kehujung lebih jauh lagi
Tapi apa?
Aku hanya mendapati tumpukan salju mempesiang kakiku
Dingin sekali

Aku menerka-nerka
Aku mengira-ngira
Seperti apa rupamu?
Mungkinkah matamu kembang raya merah muda?
Akankah dibibirmu setangkai melati melingkar doa?
Mungkinkah diseberang sana dipintu semi menanti?
Aih! Rindu benar aku, Syahdu.

Baiklah, aku menyerah, kau pastilah pemilik semi.
Pemilik kembang-kembang kehidupan
Pemilik kesempurnaan sukma
Aku takkan mencarimu lagi pada musim berganti
Tunggu saja aku disitu, Tuan kita telah berjanji