Rabu, 23 November 2016

Penghujung malam

(Masih gemerincing rinai november membasahi diluar sana. Aroma seduhan kopiku tak tanggung syahdu, bahkan berkedip pun aku susah sungguh)

"Entah cinta seperti apa yang aku pahami. Aku pernah berjanji menjadi geraham terakhir bagimu, melengkapi kepingan cerita dan menemanimu membaui senja. Tapi gugusmu terlalu jauh. Kaku kakiku"

(Jam berdenting sedikit sekali, sunyi-sepi menyelinap masuk, mencoba merayuku larut)

"Ku sadari tanpamu aku dan spion itu takkan mampu berbisik gaduh. Tak ada lagi pelangi yang kan diam-diam kami nikmati. Tapi gugusmu terlalu jauh. Kecut hatiku"

(Sebentar lagi subuh dan aku masih ragu)

"Entah cinta seperti apa yang aku pahami. Sayang kau adalah bagian langit raya, dan atau aku yang terlalu biasa?"

(Dingin mulai menciumi. Khayalku semakin liar mencari-cari)

"Kekasih, adakah kau kan selembut dahulu? Memelukku dan menciumi pipiku, menjemputku ke dalam jantung kelam?"

(Dan aku pun rubuh)

"Kekasih, entah cinta seperti apa yang aku pahami. Dalam diam yang kan panjang nanti, ku harap hatimu dan hatiku menemukan jalannya. Semoga sampai tiba saatnya, ku dapati imanmu tetap seteguh itu"