Sabtu, 27 Februari 2016

Sajak tidak penting atau acuhkan saja!

Akhirnya, malu-malu senja nan kemuning itu menyibak bukit Andalas perlahan
Dingin yang berbenturan digigilku atau aku yang sedikit jauh dari unggun malam tadi, seperti serupa saja!
Siapa tau begini akhirnya, kau iring pagi yang cerah dan aku pergi kembali berpagut kepada kopiku, kedalam malam kamar

Disini berdesakan entahku jenuh
Seperti ada yang tak adil saja
Semoga itu perkara cemburu, semisal aku rindu pada senyum yang bisa saja bukan tercipta untukku
Ha-ha, semoga karena akulah malam yang tak diharapkan sawah sialan ini

Kamis, 18 Februari 2016

Hembus semi februari

Kayuh. Terus kayuh.
Biar cantik tunas2 itu tumbuh

Lahir dari balik bukit Andalas bagai dewi-dewi
Kau masih ayumu
Menari
Memanggilku utk merayu
Untuk bercandu

Senja, aku tak bisa.

Aku ragu kau masih dengan genggam yang sama
Pun aku tak lagi dalam cahya yang ada
Pekat sekali kini
Tak sama, Senja
Tak serupa!

Jangan jemput aku untuk pagi dan petangmu
Biar aku belajar menikmati terik ini
Ya, sedikit pedih. Panas sekali malah
Biar ku lihat tetap gelap
Tapi hatiku terasa hangat kini

Senja, aku tak bisa.

Kayuh. Terus kayuh
Biar sejuk dadaku
Walau kering biar saja
Karena aku merasa hangat dalam khayalku

Kamis, 04 Februari 2016

Aku menyerah

Betapa sepi serupa candu
Aku sudah menyerah pada manusia
Ini tubuh reot biar saja begini dalam kamar penuh lintah
Paling-paling nanti bernanah mati
Aku berasal dari sepi dan tiada!
Dan Tuanku menantiku disana
Lantas apa cemas?

Sekali lagi,
Betapa sepi serupa candu
Terkadang riuh tak sepenuhnya nyata
Malah banyak lidah-lidah mahir dengan dusta
Ah entahlah!
Dalam terang lebih pandai cahya berpura
Sama saja!