Jumat, 31 Desember 2021

30 Desember (Selamanya)

Kepada yang kucinta: M.D.B

Selamat ulang tahun!

Genap 5 tahun sudah terakhir kalinya inderaku menangkap wujudmu,
Jasadku merasakan adamu,
Hatiku menikmati kasih sayangmu yang tiada habisnya

Sungguh kau ciptaan-Nya yang sangat indah
Kaulah keanggunan seorang wanita dimataku
Selamanya aku akan mengagumi

Kekasih, kehilanganmu adalah jurang sepi bagiku,
Kepergianmu adalah neraka kehidupan yang panjang, yang mau tidak mau harus aku lalui
Dan darinya lah lahir makna cinta
Dan darinya lah lahir kesadaran bahwa aku sungguh sarat cela

Aku terus mencari-cari dirimu dalam sisa ingatan
Allah bersamaku
Menjagaku
Mendengarkan setiap rintih kerinduan

Kekasih, berbahagialah dimanapun kau hidup
Sehatlah tubuh dan jiwamu disana
Kepadamu yang begitu aku cinta: 
Tanpamu, hatiku takkan pernah utuh

Selamat ulang tahun kekasih, karo kitikku

Jakarta, 30 Desember 2021

Senin, 06 Desember 2021

Hujan Desember Ba'da 'Isya

Malam ba'da 'isya ini aku makan mie tektek telor ceplok setengah mateng Warung Kopi Abah Raup 2
Di gang sempit sebelah kantor
Mienya nikmat, hangat
Aku sering memesannya
Tapi rinduku ini justru ingin kau yang hadir di atas meja

Aku mendongak keatas
Ke langit yang menaungi
Melihati percik air hujan yang baru saja menabarak gedung kekar itu
Seolah dalam butirannya aromamu hendak terbang memelukku

Mik, sebentar lagi hari ulang tahunmu
Sedang apa kau disana saat ini, mik?
Adakah kau sedang melihat langit yang sama sepertiku?
Apakah kau sedang menciumi aroma hujan ba'da 'isya ini juga?
Akankah kau memesan suaraku lagi untuk mengantarkanmu tidur?
Aku rindu padamu, mik, sungguh rindunya

Sabtu, 13 November 2021

Sepotong Hari Tanpamu

Aku fikir aku tertawa
Aku fikir aku sedang bersenang-senang disini
Bersama teman-temanku
Aku fikir aku sudah cukup bahagia
Aku fikir

Tetapi ketika tawaku berhenti, aku kembali padamu
Kerinduan mendalam begitu merasuk
Aku langsung terbang ke altar sunyi
Tempat dimana bayang-bayang senyummu bersemayam kekal
Tempat dimana dupa setiap paginya aku persembahkan
Bagi cinta, bagi cinta yang entah batasnya

Jumat, 08 Oktober 2021

Bersama Hujan

Malam ini hujan datang dengan lebat dan tiba-tiba
Aku yang tak siap terduduk dan menggigil
Padahal aku tahu benar disana langit memang selalu mendung
Hujan ini pun pasti akan turun sewaktu-waktu

Aku bukan tidak mensyukuri dingin dan kesenduan yang dibawa hujan, tidak
Aku sangat mencintainya
Aku bersyukur akannya
Karena hujan ini adalah engkau
Karena hujan ini lahir dari rahim jiwamu

Sayang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selepas hujan ini nanti
Akankah hujan membersihkan debu-debu pada luka hatimu
Akankah hujan menumbuhkan pucuk-pucuk kehidupan baru
Menyuburkan pengharapan
Meneguhkan keyakinan
Atau justru menenggelami sukmaku pada dosa yang begitu raya kepadamu
Seperti hujan-hujan yang lalu

Sayangku, maukah engkau berbagi rasa denganku
Apakah hujan ini juga hadir disana?
Apakah kau juga menangis ketika hujan ini membasahi dirimu, memeluk tubuhmu?
Akankah hujan ini menuntunmu kembali?

Sabtu, 04 September 2021

Yang manakah?

Di kepalaku..

Di kepalaku kau tak nyata, mik
Kau telah pergi
Kau sengaja tak ingin kembali
Sehingga kebersamaan kita hanya mustahil saja

Di kepalaku
Di kepalaku kau sudah tak mencintaiku lagi, mik
Kau telah membenciku
Kau mampu hidup tanpa hadirku
Kau berharap aku menjalani hidup tanpa cinta darimu lagi

Di hatiku..

Namun di hatiku, kau menjelma segalanya
Senyummu sayang, senyum itu masih syahdunya menangkapku
Kau masih menyandarkan kepalamu di bahuku
Kau masih merinduiku
Kau masih menunggu-nunggu kabar dariku
Kau masih gengsi mengakui betapa kau mengasihiku, sayang

Di hatiku
Di hatiku kau berbisik untuk ku segera mencarimu
Di hatiku rindumu sudah begitu kronisnya, kau butuh aku segera memelukmu

Sayangku,
Datang dan peluklah aku meski pada sebuah isyarat mimpi
Biarkan sejenak aku membauimu
Sehingga aku tahu, mana diantara kepala dan hatiku yang harus menyerah

Rabu, 25 Agustus 2021

Melukis Ada-Mu

Pada kanvas yang naif dan kosong
Kupinjam tangan ini untuk menggenggam kuas-kuas suci
Hendak kulukis jasad-Mu dengan niat atau hasrat
Sebab rinduku terus mencari cahaya hakiki

Pada kanvas yang diam dan menunggu
Kupinjam ruang ini untuk merenung diri
Akan kutarik getar-Mu melalui makna atau imajinasi
Sebab hatiku terus mencari zat abadi

Siang diatas kepala-Mu
Malam dibawah kaki-Mu
Kanvas ini begitu kecil tak berwarna
Berilah aku sedikit Hijau yang teduh
Atau Biru yang raya tuk menghiasinya

Pada kanvas yang takkan kemana-mana
Kurendahkan diriku tuk mulai menjamahnya

Pada kanvas-Mu yang menjadi takdirku
Hadirlah dalam setiap sentuh
Wujudlah di sela-sela gradasi

Selasa, 17 Agustus 2021

Segelas Kopi dan Kemerdekaanku

Sesungguhnya aku tak ingin menikmati kopi ini
Tapi aku butuh sekali aromanya
Barusan pagi begitu cerah kulihat
Sinarnya disayup-sayup kicau kenari dari jauh membuat matamu langsung melayang-layang dihatiku

Sesungguhnya aroma kopi ini juga hanya cukup mengalihkanku dari senyummu yang sebentar lagi akan mencengkram jantungku
Kau begitu tinggal, sayang
Kau pernah menjadikanku rumah bagimu
Dan selamanya, inilah rumah itu

Sesungguhnya aku bukanlah mulut yang diharapkan kopi panas ini
Lidahku pernah mengingkarimu
Rayuku pernah memberikan manis yang akhirnya justru menyakitimu
Aku terlalu cela bagi kopi ini

Sesungguhnya pagi ini pun akan menjadi siang, lalu sore dan malam melanjutkan
Tapi aku tetap harus mensiasati seranganmu yang selalu hadir dalam sela tanda-tanda alam
Aku dan kopi yang tak saling menginginkan ini pada akhirnya harus tunduk pada waktu, pada keadaan, pada fakta
Fakta bahwa kau tak lagi disini
Dan pergimu selalu jadi hukuman tak berkesudahan

Rabu, 04 Agustus 2021

Sajak Kelima

Kukejar sibuk, riuh
Tapi justru sepi yang menghampiri, membawamu turut
Aku fikir sepi hanya pengalih
Nyatanya sibukku adalah wujudmu

Aku berlari menjauh, semakin jauh
Tapi justru kau kian mendekat
Aku fikir dekatmu adalah semu
Nyatanya jauhkulah cintamu

Aku akan tabah pada siksa ini
Sebab siksa ini adalah dirimu dan aku ingin tinggal lebih lama
Aku ingin menjadi tubuh bagi kenikmatan ini

Ijinkan aku menyatu denganmu, kasih
Hanya benang ini yang tesisa sebab kau enggan meniti kembali
Lalu ijinkan aku merinduimu melalui malam, melalui jalanan atau lagu-lagu
Melalui dingin, melalui bukit atau melalui gerimis yang sangat kau sukai itu
Ijinkan aku mencarimu melalui zat-zat alam yang pernah kau sentuh
Biarkan aku meraba jejakmu yang tanpa aku

Ini sajak kelima setelah sidangmu kau tutup
Sajak yang sesungguhnya takkan pernah mampu menerjemahkan inti rasa
Yang takkan mampu menyembuhi luka-lukamu

Aku pun menulisnya hanya karena rindu;
Tidur di kedip matamu,
Peluk dalam dekap hangatmu,
Mandi di sejuk suaramu

Sayangku, tetaplah tinggal dalam ingatanku

Jakarta, Agustus 2021

Rabu, 30 Juni 2021

Cahaya Akan Datang

Diluar sana tempat semua indah dan raya:
Bentang samudera berlatar senja,
Garis langit berbagai warna,
Bukit-bukit berbaris bersentuhan,
Gedung menjulur-julur keluar dari tanah,
Teknologi dan inovasi-inovasi terus memudahkan kerja
Tetapi aku hanya ingin berpulang pada lembut dan hangat tanganmu, sayang

Aku telah melintasi kampung dan kota bermacam rupa
Manusia berbagai suku dan keyakinan hidup bersama atau terpisah
Kebaikan juga keburukan bercampur
Ketulusan dan tipu daya sulit diterka

Tetapi jalan yang selalu kurindukan adalah jalanan yang kita lalui bersamamu
Ketika kucuri wajahmu dari jendela spion motor kita
Ketika kulihat kau menyimpan tangis untukku

Maafkan aku yang belum mencintaimu dengan cara paling sempurna
Tapi ketahuilah, pada cahaya itu aku kan pulang

Jakarta, 30 Juni 2021

Rabu, 28 April 2021

Ternyata

Sayangku,
Mari kita akhiri ini!
Karena ternyata tak ada yang lebih kita cinta selain diri kita sendiri
Kita hanyalah para penyembah berhala keinginan, hasrat kita masing-masing
Bersama adalah cara kita menguatkan keyakinan yang ternyata setiap saat jutru selalu kita pertanyakan

Kasihku,
Pergi saja!
Aku bukan perahu pelayaranmu
Aku bukan rumah bagi perlindungan keluh-kesahmu
Bahwa ternyata kamu pemburu kepastian
Sedang yang kuimani dari kepastian hanyalah kematianmu dan kematianku

Kau tak perlu lagi mengamini keyakinanku
Dan aku tak ingin lagi terus meyakinkanmu

Disinilah semua kan berakhir
Disinilah semua yang baru kan dimulai
Hidup barumu
Dan pengembaraanku

Selesai, 28 April 2021

Jumat, 26 Februari 2021

Cah'ya Senyum Rabb-ku

Ah sore..
Sepoy angin pulang
Menjemput semua gairah ke sarangnya
Lalu lalang makhluk bergerak
Ada yang ceria
Banyak yang murung

Langit luas terasa begitu sempit
Saban hari aku pergi tanpa makna
Aku pulang dengan gelisah
Kosong

Ketika cah'ya-Nya menembus kelopak mataku
Menembus keras hatiku
Aku menangis girang
Aku dipukul kebenaran

Rabb-ku
Kepada sore-sore yang akan selalu hadir ini
Bebaskan kami dari ketidaktahuan

Senin, 15 Februari 2021

Hari Ini

27 tahun umurku dan semakin kesini aku menyadari 1 hal:
Kebenaran mulai tampak satu persatu; dari yang terpahit hingga yang memilukan

Aku berjalan dari Imam Bonjol ke Jalan Perdana
Sedikit memutar Lapangan Merdeka sehingga dapat mencium mulut stasiun
Aku lihat yang putih gemerlap lalu-lalang
Pun aku merasai yang hitam kelam bungkam dimata-mata itu

Hari ini akan menjadi sejarah!
Akan kuceritakan pada anakku, lalu mereka pada anaknya, lalu cucu-cicit mereka, dan seterusnya:
Bahwa tahun 2020 adalah bencana, tahunnya kehancuran sebuah tatanan, tapi tahun lahirnya kesadaran, kita harus mengingatnya!

27 tahun hidupku aku takkan lagi menyerah
Kebenaran harus dihadapi
Sebab dunia hanyalah rumah yang semu dan rekayasa

Medan, 15 Februari 2021