Tak
nyaman Tuan
Sungguh
Tak
nyaman
Tak
enak berjalan sendirian
Sungguh
Tak
enak Tuan
Bau
sekali rasanya
Sangat
malu aku kembali
Menjemput
makan, dimandi cawanmu Tuan
Kumuh
sekali
Malu
aku
Tak
sanggup rasanya wajahku disapa cah’yamu
Ku
tunggu saja kabutku menggumpal
Biar
dibawanya aku tenggelamsampai cuil demi cuil dicuri jaman
Biar
saja Tuan
Hatiku
kudung busuk
Dan
jika lahir nanti anakku,
Bunuh
dia Tuan!
Hasrat
pun kan hidup disana
Sesuatu yang adat kami gelar ‘anugerah’(?)