Minggu, 29 Maret 2015

Pendosa 2

Tak nyaman Tuan
Sungguh
Tak nyaman
Tak enak berjalan sendirian
Sungguh
Tak enak Tuan
Bau sekali rasanya
Sangat malu aku kembali
Menjemput makan, dimandi cawanmu Tuan
Kumuh sekali
Malu aku

Tak sanggup rasanya wajahku disapa cah’yamu
Ku tunggu saja kabutku menggumpal
Biar dibawanya aku tenggelamsampai cuil demi cuil dicuri jaman
Biar saja Tuan
Hatiku kudung busuk

Dan jika lahir nanti anakku,
Bunuh dia Tuan!
Hasrat pun kan hidup disana
Sesuatu yang adat kami gelar ‘anugerah’(?)

Minggu, 22 Maret 2015

Indah

Aku tak ingin memeluk
Menelan bukanlah cinta
Ini resah hanya ingin melihat
Mencumbu pesona angan-angan
Lalu awan menyibak rambutmu
Terhampar suci kasih Tuhan dimatamu

Sekali lagi, aku tak ingin memeluk
Aku mencintai keadaan ini
Diatas langit membiru
Disini, dititik aku berdiri mencium aroma nusa
Mensyukuri segala anugerah

Semua lukisan ini, aku suka

Mencari

III

Aku menghadapmu
Dengan sebisa patuh
Tuan

Biarlah ku jelang dengan dingin menugu
Asal jangan kau bicara tentang kepantasan di mukaku
Biar ku sambut sepi
Asal aku tetap hidup dalam mati
Percuma aku memekik suaraku jika tak bisa kupastikan kau kan mendengar
Lara, murka menjadi karma
Apa untungnya?

Aku mencari untuk menyerah diri
Bahwa aku tak bisa apa
Kau pemunya
Toh tak ada gunanya ku cinta dia
Dengan segala kecemburuanmu aku menyerah