Sabtu, 12 Maret 2016

Pergi

Akulah si pengembara lapar
Mencari gila masuk kekampung-kampung singgah
Tidak untuk tinggal!
Hanya sedikit mengopi lalu pergi lagi jika sudah waktunya
Apa yang kucari? Tak ada! Kan aku pengembara
Sudahlah, tak usah kau tau siapa aku dulu
Pakai saja celanamu, malu, kau sudah tua.

Pun aku si penjudi nekad
Bertaruh apa saja
Asal candu lepas, biarlah.
Toh aku tak berumah
Tuan pun tak ada
Aku ini sama bebasnya dengan angin
Tapi aku lebih gila dari sekedar api
Dan aku lebih kesal dari sekdar kalah

Ada tukak bernanah yang tak bisa sembuh mengakar disini
Iya, disela-sela henyuh nafas sukma
Begitu harap cita dicabut, ternyata infeksi menjadi parah
Juga biarlah.
Apa pedulinya senja jika ayam menjadi buta
Toh ini urusan malam, enteng benar jawabnya

Jika nanti langit menerima ku kembali atau raja syurgawi memanggil, aku bisa apa?
Ya pulanglah kalau begitu
Mungkin kembali putar arah atau acuh lurus saja
Mungkin pula kerumah ibu tercinta, digubuknya yang dinding-dinding bambu penuh arca kecewa
Yang melukai kakiku hingga berdarah
Atau mungkin ada sepetak tanah didepan sana yang kan mempesiangku dengan istri jelita, dan patuh tentunya

Ini bukan tentang siapa dan kenapa
Aku tak peduli!
Aku tak lagi dilangit megah
Ini bumi segala bisa
Tak harus toh aku ikut titah sang nirwana?