Selasa, 17 Agustus 2021

Segelas Kopi dan Kemerdekaanku

Sesungguhnya aku tak ingin menikmati kopi ini
Tapi aku butuh sekali aromanya
Barusan pagi begitu cerah kulihat
Sinarnya disayup-sayup kicau kenari dari jauh membuat matamu langsung melayang-layang dihatiku

Sesungguhnya aroma kopi ini juga hanya cukup mengalihkanku dari senyummu yang sebentar lagi akan mencengkram jantungku
Kau begitu tinggal, sayang
Kau pernah menjadikanku rumah bagimu
Dan selamanya, inilah rumah itu

Sesungguhnya aku bukanlah mulut yang diharapkan kopi panas ini
Lidahku pernah mengingkarimu
Rayuku pernah memberikan manis yang akhirnya justru menyakitimu
Aku terlalu cela bagi kopi ini

Sesungguhnya pagi ini pun akan menjadi siang, lalu sore dan malam melanjutkan
Tapi aku tetap harus mensiasati seranganmu yang selalu hadir dalam sela tanda-tanda alam
Aku dan kopi yang tak saling menginginkan ini pada akhirnya harus tunduk pada waktu, pada keadaan, pada fakta
Fakta bahwa kau tak lagi disini
Dan pergimu selalu jadi hukuman tak berkesudahan