2 dini hari Jalan Fatmawati
Setengah sayu bulan menauingi keteguhan hati
Antara keringat dan lelah adalah upah sejak 90-an sudut kota ini
Berpindah dari emperan toko yang satu ke toko yang itu,
Digusur atau diusir,
Hujan atau sepi,
Entah mana yang paling tak asing bagi bukde dan pakde
Senja usia mereka terlihat pada sekujur kulit dan rangka
"Dimana letak pisau tadi?" menjadi perdebatan yang biasa
Bahasa kuno tentang cinta
Pengingat bagi mereka yang saling mengisi
Tak ada pewaris, tak ada pembantu
Mereka berangkat dan pulang beriringan
Menggandeng gerobak tua bak anak yang disayangi
Pelan dan perlahan mengikuti kecil-kecil lemah langkah
Sejak sore hari hingga toko menjelang beroperasi
Demi sebuah keyakinan:
Menggenapi takdir Ilahi
Lembut-santun ucapan mereka seperti sebuah ciri, tradisi
Senyum sepuh pengalih letih
Menipui semua yang singgah tadi
Makan dan teh hangat gratis setiap jum'at malam bagi si yatim dan piatu,
Bagi tukang parkir, pengamen, pejabat, peminta-minta, penipu, bahkan koruptor berdasi
Cukupkah untung bukde-pakde malam ini?
Adakah simpanan mereka?
Dan bagaimana nasib mereka bila saling mendahului nanti?
Apakah mereka akan tetap berkasih kepada kami?
Atas keteguhan yang kudus dan langit yang kutatap saat ini:
Apa yang mereka cari?